BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Teori- teori Pembelajaran dalam
Desain Pembelajaran Penelitian terkini mengatakan bahwa lingkungan pembelajaran
yang bermedia teknologi dapat meningkatkan nilai para pelajar, sikap mereka
terhadap belajar, dan evaluasi dari pengalaman belajar mereka. Teknologi juga
dapat membantu untuk meningkatkan interaksi antar pengajar dan pelajar, dan
membuat proses belajar yang berpusat pada pelajar (student oriented). Dengan
kata lain, penggunaan media menggunakan audio visual atau komputer media dapat
membantu siswa itu memperoleh pelajaran bermanfaat.
Guru sebagai pengembang media
pembelajaran harus mengetahui perbedaan pendekatan-pendekatan dalam belajar
agar dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran harus
dipilih untuk memotivasi para pembelajar, memfasilitasi proses belajar,
membentuk manusia seutuhnya, melayani perbedaan individu, mengangkat belajar
bermakna, mendorong terjadinya interaksi, dan memfasilitasi belajar
kontekstual, Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak
teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi dikemukakan empat
jenis teori belajar, yaitu: (A) teori belajar behaviorisme; (B) teori belajar
kognitivisme; (C) teori belajar konstruktivisme; (D) teori belajar humanisme
dan (E) teori belajar gestalt
B.
Identifikasi Masalah
1. Apa
pengertian dari Behaviorisme?
2. Siapa saja
tokoh-tokoh Behaviorisme?
3. Apa
pendekatan behaviorisme?
C. Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui Pengertian
Behaviorisme
2. Mengetahui Tokoh-tokoh
behaviorisme
3. Mengetahui Pendekatan
Behaviorisme
D. Metode Penulisan
Penelitian di atas dilaksanakan dengan menggunakan metode kepustakaan dan browsing dari internet.
E. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan di atas dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat luas. Sehingga semakin mengetahui berbagai jenis kurikulum yang pernah dan sampai saat ini masih digunakan di sekolah. Selain itu, hasil penulisan ini dapat menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat luas khususnya mahasiswa tentang behaviorisme
Hasil penulisan di atas dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat luas. Sehingga semakin mengetahui berbagai jenis kurikulum yang pernah dan sampai saat ini masih digunakan di sekolah. Selain itu, hasil penulisan ini dapat menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat luas khususnya mahasiswa tentang behaviorisme
F. Sistematika Penulisan
Karya tulis tersusun dalam tiga bab.
Bab I Pendahuluan
A. Latar
belakang masalah
B. Identifikasi
masalah
C. Tujuan
penulisan
D. Metode
penulisan
E. Kegunaan
penulisan
F. Sistematika penulisan
Bab II Pembahasan
A.
Mengetahui pengertian dari Kurikulum berbasis
Kompetensi
B.
Mengetahui tahap-tahap apa saja dalam mengelola
Kurikulum
C.
Mengetahui Pengertian Pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi
Bab III berisi penutup yang terdiri
dari kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
DAN DEFINISI BEHAVIORISME
Behaviorisme
atau Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam
psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan—
dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa
perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa
fisiologis internal atau konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme
beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati tapi tidak
ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan)
dengan proses yang diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).
Teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Memandangindividu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon
terhadaplingkungan.Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.Behaviorisme
muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipundidasari
pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS,merupakan
lanjutan dari fungsionalisme.
Behaviorisme
secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagaiobyek studi
dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang
nyata.Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke
dalam elemenseperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga
behaviorisme sudah melangkahlebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui
adanya jiwa dan masihmemfokuskan diri pada proses-proses mental.
Meskipun
pandangan Behaviorisme sekilas tampak radikal dan mengubah pemahamantentang
psikologi secara drastis, Brennan (1991) memandang munculnyaBehaviorisme lebih
sebagai perubahan evolusioner daripada revolusioner. Dasar-dasar pemikiran
Behaviorisme sudah ditemui berabad-abad sebelumnya.
B.
TOKOH-TOKOH BEHAVIORISME
Edward Lee Thorndike (1874-1874-1949)
Menurut Thorndike
belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anataraperistiwa
yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut
teori“connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang
dimasukkanpada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara
otomatis bila knop didalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan
teori Trial dan Error.
Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu
: adanya aktivitas, ada berbagai responterhadap berbagai situasi, adal
eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, adakemajuan reaksi-reaksi
mencapai tujuan.
Thorndike menemukan hukum-hukum.
·
Hukum kesiapan (Law of Readiness)Jika
suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulusmaka
pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehinggaasosaiasi
cenderung diperkuat.
·
Hukum latihanSemakin sering suatu
tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebutsemakin kuat.
·
Hukum akibatHubungan stimulus dan respon
cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dancenderung diperlemah jika
akibanya tidak memuaskan.
Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936) dan Watson
Pavlo mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan
inianjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada
anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di
kelas untuk penandawaktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu
terhadap bunyi-bunyianyang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di
bank. Dari contoh tersebutditerapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara menggantistimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan responyang diinginkan.
Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar.Belajar
menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena
adanyasyarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar
menurut teoriini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini
adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan
pribadi dihiraukan.
Carlk L. Hull
Reinforcement adalah
faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsireinforcement bagi
Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied factor. Dalammempelajari
hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah peranan dari interveningvariable (atau
yang juga dikenal sebagai unsur O (organisma). Faktor O adalah kondisiinternal
dan sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya dapat dilihat pada faktor
R yang berupa output.
Skinner
(1904-1990)
Skinner menganggap
reward dan rierforcement merupakan factor penting dalanbelajar. Skinner
berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontroltingkah laku. Pda
teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehinggaanak akan
lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning.Operant
conditing menjamin respon terhadap stimuli.Bila tidak menunjukkan stimulimaka
guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya.
Gurumemiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses
belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan Skinner membagi menjadi 2
jenis respon.1. RespondenRespon yang terjadi karena stimulus khusus misalnya
Pavlo.2. OperansRespon yang terjadi karena situasi random.
Operans conditioning
adalah suatu prosespenguatan perilaku operans yang dapat mengakibatkan perilaku
tersebut dapat diulangkembali atau menghilang sesuai keinginan.
Prinsip belajar Skinners adalah :
·
Hasil belajar harus segera diberitahukan
pada siswa jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat.
·
Proses belajar harus mengikuti irama
dari yang belajar. Materi pelajaran digunakansebagai sistem modul.
·
Dalam proses pembelajaran lebih
dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakanhukuman. Untuk itu lingkungan
perlu diubah untuk menghindari hukuman.
·
Tingkah laku yang diinginkan pendidik
diberi hadiah dan sebaiknya hadiahdiberikan dengan digunakannya jadwal variable
ratio reinforcer.5. dalam pembelajaran digunakan shapping
Robert Gagne (1916-2002)
Teori
gagne banyak dipakai untuk mendisain Software instructional (Program
berupaDrill Tutorial). Kontribusi terbesar dari teori instructional Gagne
adalah 9 kondisiinstructional:
1. Gaining attention = mendapatkan
perhatian
2. intorm learner of objectives =
menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akandicapai
3. stimulate recall of prerequisite
learning = stimulasi kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar.
4. Present new material = penyajian
materi baru
5. Provide guidance = menyediakan
pembimbingan
6. Elicit performance = memunculkan
tindakan
7. Provide feedback about correctness =
siap memberi umpan balik langsung terhadaphasil yang baik
8. Assess performance = Menilai hasil belajar
yang ditunjukkan
9. Enhance retention and recall =
meningkatkan proses penyimpanan memori danmengingat.
Gagne disebut sebagai
modern noebehaviouristik mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran
agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi.
Albert Bandura (1925-sekarang)
Teori belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitif social
serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru
perilaku, sikap danemosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia
dalam konteksinteraksi tingkah laku timbale balik yang berkesinambungan antara
kognitine perilakudan pengaruh lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam
observasi adalahperhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.Aplikasi teori
behaviouristik terhadap pembelajaran siswaGuru yang menggunakan paradigma
behaviourisme akan menyusun bahan pelajaranyang sudah siap sehingga tujuan
npembelajaran yang dikuasai siswa disampaikansecara utuh oleh guru.
Guru tidak hanya memberi ceramah
tetapi juga contoh-contoh.Bahan pelajaran disusun hierarki dari yang sederhana
sampai yang kompleks. Hasildari pembelajaran dapat diukur dan diamati,
kesalahan dapat diperbaiki. Hasil yangdiharapkan adalah terbentuknya suatu
perilaku yang diinginkanKekurangan dan kelebihanMetode ini sangat cocok untuk
pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsure kecepatan spontanitas kelenturan dayatahan dsb.
Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang
masihmembutuhkan peran orang tua. Kekurangan metode ini adalah pembelajaran
siswayang berpusat pada guru bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada
hasil. Muriddipandang pasif, murid hanya mendengarkan,menghafal penjelasan guru
sehingga guru sebagai sentral dan bersifat otoriter.Behaviorisme
muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipundidasari
pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS,merupakan
lanjutan dari fungsionalisme.
Behaviorisme
secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagaiobyek studi
dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang
nyata.Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke
dalamelemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga
behaviorisme sudahmelangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui
adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental.Meskipun
pandangan Behaviorisme sekilas tampak radikal dan mengubahpemahaman tentang
psikologi secara drastis, Brennan (1991) memandang munculnyaBehaviorisme lebih
sebagai perubahan evolusioner daripada revolusioner. Dasar-dasar pemikiran
Behaviorisme sudah ditemui berabad-abad sebelumnya.
Behaviorisme muncul sebagai kritik
lebih lanjut dari strukturalisme Wundt.Meskipun didasari pandangan dan studi
ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang diAS, merupakan lanjutan dari
fungsionalisme.
- Aplikasi Teori Belajar Behaviorisme dalam Pembelajaran
Untuk mengaitkan teori behaviorisme dengan praktik pembelajaran,perlu
dipahami terlebih dulu,mengenai prinsip belajar menerut behaviorisme.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teori
ini beranggapan bahwa yabg dimaksud dengan belajar adalah perubahan tingkah
laku.seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat
menunjukan perubahan tingkah laku tertentu. Perubahan perilaku itu bias
negative atau positif bergantung apa yang ingin dipelajari.
2. Hasil
belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati,yang terjadi karena
hubungan stimulus dan respon,sedangkan proses yang terjadi antara stimulus
respon,yang tidak dapat diamati itu tidak penting.
3.
Perlunya Reinforcement untul memunculkan perilaku yang diharapkan.
Respons akan semakin kuat jikareinforcement(baik positif maupun negative)
ditambah.
Penekanan proses belajar menurut teori behaviorisme ini adalah hubungan
stimulus dan respon. Dengan demikian,agar pembelajaran dikelas menjadi
efektif,hendakya guru perlu memperhatikan
hal-hal berikut:
a. Guru
hendaknya memilih jenis stimulus yang tepat untuk diberikan kepada peserta
didik agar peserta dapat memberikan respon yang diharapkan.
b. Guru
hendaknya menentukan jenis respon yang harus dimunculkan oleh peserta didik.
Untuk mengetahui apakah respons yang ditunjukan peserta didik benar-benar
sesuai dengan apa yang diharapkan,guru harus mampu menetapkan bahwa respons itu
dapat diamati dan diuku.
c. Guru
perlu memberikan reward yang tepat untuk meningkatkan perilaku yang diharapkan
muncul dari peserta didiknya.
d. Guru
hendaknya segera memberikan umpan balik secara langsung,sehingga sipelajar
dapat mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar tau belum.
Ì Meningkatkan Perilaku yang Diinginkan
Enam strategi pengkondisian operan dapat dignakan untuk meningkatkan
perilaku yang diinginkan,yaitu :memilih penguat yang efektif,membuat penguat
yang bergantung dan tepat waktu,memilih jadwal terbaikuntuk
penguatan,mempertimbangkan membuat perjanjian kontrak,menggunakan penguatan negative
secara efektif,dan menggunakan arahan seta pembentukan
1.
Memilih Penguat yang Efektif
Guru harus mampu menemukan penguat mana yang
berhasil dengan paling baik untuk setiap peserta didiknya, yaitu membedakan
setiap individu dalam menggunakan penguat tertentu. Satu jenis penguat tertentu
untuk peserta didik A belum tentu cocok untuk peserta didik B. contoh: peserta
didik A cocok dengan penguat pujian,peserta didikC cocok dengan aktivitas
dengan diberikan aktivitas tertentu yang disukai, dan lain-lain. Untuk
mengetahui penguat mana yang disukai dapat ditanyakan langsung kepada peserta
didik tentang penguat mana yang paling disukai atau dengan memeriksa sejarah
penguatan dari guru lain.
2.
Membuat penguat menjadi bergantung pada tepat dan waktu.
Agar penguat efektif, guru harus memberikan penguat
secara tepat waktu dan segera mungkin setelah anak menampilkan perilaku
tertentu yang diharapkan.
3. Pilih
jadwal terbaik untuk penguatan
Guru harus memilih jadwal penguatan terbaik sesuai
dengan tuntutan perilaku peserta didik yang diharapkan guru. Pilihan jadwal
tersebut adalah; jadwal rasio tetap, jadwal rasio variabel, jadwal interval
tetap, dan jadwal interval variabel, dan ke empat jenis jadwal penguatan sudah
diuraikan sebelumnya.
4. Pertimbangan
untuk Membuat Kontrak
Analisis perilaku terapan menyarankan bahwa kontrak
kelas seharusnya merupakan hasil masukan dari guru maupun peserta didik.
Pembuatan kontrak melibatkan pembuatan ketergantungan penguatan secara
tertulis. Jika masalah timbul, dan peserta didik ingkar janji, guru dapat
menunjukkan kontrak yang telah mereka setujui.
5.
Gunakan Pnguatan Negatif secara efektif
Penguatan negative, meningkatkan frekuensi respon
dengan menghilangkan stimulus yang tidak disukai. Contoh: stimulus guru yang
sering mengkritik atau tidak menghargai jawaban serta pertanyaan peserta
didik harus dihilangkan agar frekuensi
bertanya dan frekuensi berani menjawab semakin meningkat.
6.
Gunakan Arahan dan Pembentukan
Arahan merupakan stimulus yang ditambahkan atau
isyarat yang diberikan tepat sebelum terjadinya kemungkinan peningkatan respon
yang diinginkan. Arahan membantu perilaku terjadi. Setelah peserta didik secara
konsisten memperlihatkan respon yang benar, arahan tidak lagi dibutuhkan. Jika arahan
belum mampu membuat peserta didik menampilkan perilaku yang diharapkan, guru
perlu membantu dengan pembentukan. Pembentukan (shaping) melibatkan
pembelajaran perilaku baru dengan memperkuat perkiraan secara berturut-turut
terhadap suatu perilaku sasaran.
Mengurangi Perilaku yang Tidak Diinginkan
Ada beberapa langkah yang dapat digunaka guru untuk mengurangi perilaku
anak yang tidak diinginkan, seperti: menganggu teman, memonopoli diskusi kelas,
bersikap sok tau pada guru (Alberto & Troutman dalam Santrouck)
1.
Gunakan Penguatan Deferensial
Dalam penguatan deferensial, guru memperkuat
perilaku yang lebih pantas atau perilaku yang tidak sesuai dengan apa yang
dilakukan anak tersebut. Contoh: guru dapat memperkuat pesrta didik untuk
melakukan aktivitas pembelajaran dengan memanfaatkan komputer dari pada
komputer hanya dipakai untuk memainkan game.
2.
Hentikan Penguatan (Extinction)
Tanpa disengaja guru memberikan penguatan positif
yang justru membuat perilaku pesrta didik yang tidak diharapkan semakin
terpelihara. Dengan demikian,guru harus segera menghentikan penguatan positif
tersbut agar perilaku yang tidak diharapkan menurun atau hilang dan guru
memberikan penguatan positif lagi setelah perilaku yang diharapkan muncul.
Contoh, guru selalu memberi perhatian pada pesrta didik yang selalu bertanya
dan menjawab dalam acara diskusi kelompok, akhirnya ada pesrta didik yang tanpa
sadar mendominasi peserta didik lain hanya untuk mengejar pujian atau nilai.
Dalam kasus ini, guru segera menghentikan penguatan dengan cara meminta pesrta
didik tersebut agar memberi kesempatan pada teman lain yang belum aktif
3.
Hilangkan Stimulus yang Diinginkan
Jika menghentikan pemberian penguatan tetap tidak
berhasil meningkatkan respon diharapkan, penghilangan stimulus yang diinginkan
harus dilakukan oleh guru, dengan cara time out dan respon cost. Time out
adalah penghentian penguatan positif terhadap seseorang untuk sementara yaitu
hamper sama dengan penghentian penguatan, yang berbeda adalah waktu penghentian
penguatan positif lebih lama sampai terbentuk lagi perilaku yang diingikan.
Biaya respon (respon cost) adalah menjauhkan atau
menganbil penguatan-penguatan positif dari seseorang, seperti peserta didik
kehilangan hak istimewa tertentu, guru dapat menghilangkan waktu 10 menit
istirahatnya atau menghilangkan haknya untuk menjadi pemantau kelas.
4.
Hadirkan Stimulus yang Tidak Disukai (Hukuman)
Jenis stimulus yang tidak disukai dan paling umum
digunakan guru adalah teguran verbal serta disertai dengan kerutan dahi atau
kontak mata. Tindakan ini lebih efektif digunakan ketika guru berada dekat
dengan peserta didik. Teeguran tidak harus disertai bentakan atau teriakan,
yang seringkali hanya menaikkan tingkat kegaduhan dikelas dan menjadikan guru
sebagai model yang tidak terkendali bagi peserta didik.
Kesimpulan
Behaviorisme
atau Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam
psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan—
dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa
perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa
fisiologis internal atau konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme
beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati tapi tidak
ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan)
dengan proses yang diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).
Behaviorisme merupakan salah aliran
psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan
mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui
adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga
menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Untuk mengaitkan teori behaviorisme dengan praktik
pembelajaran,perlu dipahami terlebih dulu,mengenai prinsip belajar menerut
behaviorisme.
DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA
Hard,rand.2012.Teori Belajar
Behavioristik Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran.(online) http://randhard.wordpress.com/ruang-admin/tugas-kuliah/teori-belajar-behavioristik-dan-penerapannya-dalam-pembelajaran/.Diakses pada 14 September 2012 pukul 15.00 WIB
Karwono.2010.Belajar Dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan
Sumber Belajar.Ciputat:Cerdas
Jaya.
Setiawan,adi.2011.Teori Behavioristik Dan Landasan
Filosofisnya.(online)
http://adiadelsetiawan.blogspot.com/2011/10/teori-behavioristik-dan-landasan.html.Diakses pada 14 September 2012 pukul 15.00 WIB.
Zidan.2011.Teori Belajar Behavioristik.(online)
http://zidandemak.blogspot.com/2011/12/teori-belajar behavioristik.html.Diakses pada 14
September 2012 pukul 15.00 WIB.
A.M.Sardiman,
2008. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT Raja grafindo
persada
Brennan,James F, 2006. Sejarah dan sistem psikologi. Jakarta: PT Raja grafindo persada
Hamalik, Oemar, 2008. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi aksara
Sanjaya, Wina, 2009. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana prenada media group
Brennan,James F, 2006. Sejarah dan sistem psikologi. Jakarta: PT Raja grafindo persada
Hamalik, Oemar, 2008. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi aksara
Sanjaya, Wina, 2009. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana prenada media group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar