Selasa, 18 November 2014

PENGARUH PEMIMPIN KARISMATIK



BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan moral yang kreatif yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap, sehingga mereka menjadi selaras dengan keinginan pemimpin.  Untuk itu, gaya seseorang di dalam memimpin akan amat berpengaruh terhadap organisasi yang dipimpinnya, baik pengaruh itu bersifat positif maupun negatif terhadap organisasi tersebut. Sebagaimana dikutip oleh Muhaimin, M.Pd., yang menyatakan bahwa 90% dari semua kegagalan kepemimpinan adalah kegagalan pada karakter.
Beberapa tipe kepemimpinan telah dikenal, di antaranya adalah tipe kepemimpinan Karismatik.  Kepemimpinan karismatik selama ini selalu identik dengan pengamatan pemimpin di politik dan keagamaan, bukan kepemimpinan di organisasi dan perusahaan.
Makalah ini akan membahas, bagaimana pengaruh pemimpin kharismatik tersebut apabila digunakan di dalam memimpin sebuah lembaga atau organisasi pada umumnya.

B.      RUMUSAN MASALAH
Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan agar tercapainya tujuan dengan hasil yang maksimal.
Dalam makalah ini, masalah yang akan dipecahkan adalah:
1.      Apa pengertian, ciri-ciri, dan perilaku-perilaku Pemimpin Kharismatik?
2.      Bagaimana sifat dan proses pengaruh Pemimpin Kharismatik?
3.      Bagaimana konsekuensi dari Pemimpin Kharismatik?


C.      TUJUAN PENULISAN
Tujuan merupakan langkah pertama dalam proses mencapai kesuksesan, dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian, ciri-ciri, dan perilaku-perilaku Pemimpin Kharismatik.
2.      Untuk memahami sifat dan proses pengaruh Pemimpin Kharismatik.
3.      Untuk memahami konsekuensi dari Pemimpin Kharismatik.

















BAB II
PEMBAHASAN

1.     Pengertian, Ciri-ciri, dan Perilaku-perilaku Pemimpin Kharismatik
a.      Pengertian Pemimpin Kharismatik
Pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus dengan atau tanpa pengangkatan resmi untuk dapat memengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk melakukan usaha bersama yang mengarah kepada sasaran-sasaran tertentu.[1]
Kharisma adalah suatu kata yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti “anugerah”. Kekuatan yang tidak bisa dijelaskan secara logika disebut kekuatan kharismatik. Sementara kharismatik itu sendiri mempunyai pengertian pancaran wibawa yang terpancar dari dalam diri seseorang.
Jadi, Pemimpin kharismatik adalah seorang pemimpin yang memancarkan aura wibawa yang mampu menarik perhatian bawahannya atau orang-orang yang dipimpinnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
Secara garis besar, pemimpin yang kharismatik adalah pemimpin seperti yang di katakan oleh pahlawan pendidikan Republik Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, yakni pemimpin yang “ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Seorang yang kharismatik adalah sosok yang pertama “ing ngarso sung tuladha”, yaitu sosok yang di depan dapat memberikan teladan yang baik bagi bawahannya. Yang kedua “ing madya mangun karsa”, yaitu seorang pemimpin yang mampu menempatkan diri di mana ia dibutuhkan, selain di depan ia juga harus dapat menempatkan diri di tengah-tengah bawahannya yakni sebagai Pembina anggotanya, ia harus mampu melindungi bawahannya, dan menuntun pada jalan yang benar. Yang ketiga “tut wuri handayani”, yaitu seorang pemimpin yang mampu memberikan dorongan dan semangat di belakang bawahannya.

b.      Ciri-ciri Pemimpin Kharismatik
Pemimpin kharismatik mempunyai ciri-ciri tersendiri yang tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dengan gaya kepemimpinan lainnya. Adapun ciri-ciri pemimpin kharismatik antara lain:
·         memiliki visi yang amat kuat atau kesadaran tujuan yang jelas
·         mengkomunikasikan visi itu secara efektif
·         mendemontrasikan konsistensi dan fokus
·         menyampaikan harapan yang tinggi
·         mempunyai pendirian dalam keyakinan-keyakinan dan cita-cita mereka sendiri
·         mengambil resiko pribadi dan membuat pengorbanan diri untuk mencapai visi itu
·         membangun identifikasi dengan kelompok atau organisasi
Pemimpinan kharismatik hampir terlihat mirip dengan pemimpin transformasional, dimana seorang pemimpin menyuntikkan antusiasme yang tinggi pada tim, dan sangat enerjik dalam mendorong bawahan untuk maju. Namun perbedaannya adalah, kalau pemimpin transformasional lebih memotivasi bawahan untuk berbuat lebih baik dengan apa yang sesungguhnya diharapkan bawahan itu dengan meningkatkan nilai tugas, dengan mendorong bawahan untuk mengorbankan kepentingan diri sendiri demi kepentingan tim yang dibarengi dengan manaikkan tingkat kebutuhan bawahan ke tingkat yang lebih baik,[2] sementara pemimpin yang kharismatik cenderung lebih percaya pada dirinya sendiri daripada timnya. Ini bisa menciptakan resiko pada sebuah proyek atau bahkan organisasi akan kolaps apabila ditinggal pemimpinnya pergi atau meninggal.
Ciri yang khas dari pemimpin kharismatik adalah daya tariknya yang memang mengikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya, setiap pemimpin yang kharismatik adalah orang yang dikagumi oleh banyak pengikut, dan munculnya tipe kharismatik bukan karena penampilan fisik, usia, kaya atau miskin, tetapi karena pada diri pemimpin tersebut memiliki kekuatan seperti kekuatan ajaib yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah yang memungkinkan orang tertentu dipandang sebagai pemimpin yang kharismatik.
Sedangkan ciri-ciri pemimpin kharismatik menurut Ngalim Purwanto adalah sebagai berikut:
a.      Mempunyai daya tarik yang sangat besar
b.      Pengikut tidak mampu menjelaskan mengapa mereka tertarik mengikuti dan mentaatinya
c.       Pemimpin seolah-olah mempunyai kekuatan gaib (super-natural power)
d.      Kharisma yang dimiliki tidak tergantung pada umur, kekayaan, dan keterampin si pemimpin.

c.       Perilaku-perilaku Pemimpin Kharismatik
Pemimpin kharismatik sering menjaga perilakunya di depan para bawahannya agar dirinya terkesan berkompeten di bidangnya. Seorang pemimpin yang berkharisma pandai menyuarakan ideologinya yang berhubungan dengan tujuan organisasi, sehingga dapat menciptakan aspirasi bersama yang diakomodasikan terhadap bawahan. Pemimpin yang kharismatik juga suka memberikan contoh-contoh perilaku yang baik agar ditiru oleh bawahannya. Dalam proses ini pemimpin mampu memberikan kepuasan dan motivasi kepada bawahannya. Mereka suka memberikan motivasi secara bertahap dan berkesinambungan kepada bawahannya agar menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi terhadap bawahannya. Motivasi diberikan dengan cara memberikan pujian-pujian dan daya tarik emosional kepada bawahannya. Hal ini akan senantiasa menumbuhkan rasa percaya diri seorang bawahan dan secara tidak langsung menghidupkan kharisma seorang pemimpin.
Berikut beberapa perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin karismatik:
1.      Para pemimpin kharismatik menunjukkan perilaku-perilaku yang dirancang untuk menciptakan kesan di antara para pengikut bahwa pemimpin tersebut kompeten.
2.      Para pemimpin kharismatik akan menekankan pada tujuan-tujuan ideologis yang menghubungkan misi kelompok dengan nilai-nilai, cita-cita, serta aspirasi-aspirasi yang berakar dalam dan dirasakan bersama oleh para pengikut.
3.      Para pemimpin kharismatik akan menetapkan suatu contoh dalam perilaku mereka sendiri agar diikuti oleh para pengikut.
4.      Pemimpin kharismatik akan mengkomunikasikan harapan-harapan yang tinggi tentang kinerja para pengikut sedangkan pada saat bersamaan juga mengekspresikan rasa percaya tentang kinerja para pengkut.
5.      Pemimpin kharismatik akan berusaha berperilaku dengan cara yang menimbulkan motivasi yang relevan bagi misi kelompok.

Conger dan Kanungo menyarankan sebuah teori tentang kepemimpinan kharismatik yang didasarkan atas asumsi bahwa kharisma adalah sebuah fenomena atribusi.
Conger dan Kanungo menyatakan bahwa atribusi kharisma oleh para pengikut tergantung kepada beberapa aspek perilaku pemimpin. Perilaku-perilaku tersebut tidak diasumsikan ada pada semua pemimpin kharismatik dengan tingkat tertentu kepada situasi kepemimpinan. Adapun perilaku-perilaku pemimpin karismatik berdasarkan teori atribusi tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Kharisma akan diatribusikan kepada para pemimpin yang membela sebuah visi yang sangat tidak sesuai dengan status quo, namun masih tetap berada dalam ruang gerak yang dapat diterima oleh para pengikut.
2)      Kharisma akan diatribusikan kepada para pemimpin yang bertindak secara tidak konvensional untuk mencapai visi tersebut.
3)      Para pemimpin akan tampak kharismatik bila mereka membuat pengorbanan-pengorbanan bagi diri sendiri, mengambil risiko pribadi, dan mendatangkan biaya tinggi untuk mencapai visi yang mereka dukung.
4)      Para pemimpin yang tampak percaya diri dengan usulan-usulannya akan dipandang lebih kharismatik daripada pimpinan yang tampak ragu-ragu.
5)      Para pengikut akan mengatribusikan kharisma kepada para pemimpin yang menggunakan personal power dan permintaan persuasif untuk memperoleh komitmen, daripada kepada para pemimpin yang menggunakan kewenangan atau sebuah proses pengambilan keputusan partisipatif.

2.     Sifat dan Proses Pengaruh Pemimpin Kharismatik
a.      Sifat Pemimpin Kharismatik
Conger dan Kanungo (1987) menyatakan bahwa pemimpin yang kharismatik adalah bersifat alami. Kharismatik itu bukan hanya suatu bayangan seorang pemimpin, akan tetapi lebih cenderung kepada dorongan terhadap para bawahannya. Seorang pemimpin akan terlihat kharismanya jika ia mampu bertanggungjawab atas suatu keputusan yang diambil terhadap bawahannya. Akan berkesan lagi apabila pemimpin mau bertanggung jawab tanpa mengindahkan uang, status, atau bahkan jabatannya di lembaga yang dipimpinnya itu demi bawahannya. Pemimpin yang kharismatik mengedepankan membangun visi bagi masa depan dan mengatur strategi untuk merealisasikannya. Dia menyebabkan terjadinya perubahan. Dia memotivasi dan menginspirasi orang lain untuk menuju ke arah yang benar, menyertai setiap orang dan berkorban untuk mencapainya. Hal ini akan membuat para bawahan meyakini bahwa pemimpinnya benar-benar tahu bagaimana cara memimpin dan mencapai sebuah tujuan. Hal ini akan membuat mereka bekerja keras dalam menjalankan strategi yang diberikan oleh pemimpinnya, sehingga peluang sukses semakin tinggi. Hal ini dikarenakan para bawahan akan melakukan apa saja jika mereka telah terpengaruh oleh pemimpinnya yang berkharisma.


b.      Proses Pengaruh Pemimpin Kharismatik
Kharisma seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya sangat kuat. Para bawahan menjadi sangat giat dalam menyelesaikan sebuah misi setelah menerima pengaruh dari pemimpinnya yang kharismatik.
Hal-hal yang mempengaruhi proses pengaruh kharismatik seorang pemimpin adalah sebagai berikut:
1.      Personal Karakter
Karakter dasar dari seorang pemimpin sangat menentukan apakah ia memiliki kharisma atau tidak terhadap bawahannya. Karakter pemimpin tidak akan tampak ketika ia hanya berinteraksi sesaat dengan bawahannya, atau dalam kondisi tekanan normal. Namun, dalam kondisi tekanan yang luar biasalah karakter pemimpin kharismatik yang asli akan muncul ke permukaan dan tampak jelas. Apakah dia mudah marah, mudah mengeluh, mudah menyerah, mudah panik, atau menggantungkan dirinya pada orang lain. Bahkan, apakah ia sesungguhnya punya karakter offensive (menyerang orang lain), defensive (sekadar menjaga diri), atau offensive-defensive (mempertahankan diri dengan cara menyerang). Dan apakah ia juga memiliki karakter uncontrolled (tidak mampu mengendalikan din), short-sighted (berpandangan jangka pendek), impulsive (reaktif-sesaat), bahkan explosive (meledak-ledak).

2.      Width & Depth Knowledge
Aura kepemimpinan kharismatik akan semakin bersinar terang ketika orang tersebut secara terus menerus memperluas dan memperdalam pengetahuannya, terutama dalam bidangnya. Ia menjadi sumber pembelajaran dan inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya. Sehingga secara tidak langsung hal ini akan mempengaruhi para bawahanya atupun lembaga yang dipimpinnya.
Dari situ akan terlahir sebuah teori konsep kepemimpinan yang erat sekali hubungannya dengan kekuasaan pemimpin dalam memperoleh perhatian bawahannya.
Pada dasarnya kemampuan untuk mempengaruhi orang atau suatu kelompok untuk mencapai tujuan tersebut adalah adanya unsur kekuasaan. Istilah kekuasaan dalam literatur manajemen telah dipakai secara luas, akan tetapi masih juga terjadi kekaburan tentang pengertiannya. Seringkali kekuasaan digunakan silih berganti dengan istilah-istilah lainnya seperti pengaruh (influence) dan otoritas (authority). Padahal kekuasaan bukanlah pengaruh atau otoritas, tetapi dari kekuasaan inilah akan lahir sebuah pengaruh atau otoritas. Pelopor pertama yang menggunkan istilah kekuasaan adalah sosiolog kenamaan Max Weber. Dia merumuskan kekuasaan sebagai suatu kemungkinan yang membuat seorang “aktor” di dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan.[3] Dengan demikian, kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan oleh pihak lainnya.
Lalu, teori konsep yang dimaksud ialah yang memberikan penjelasan mengenai alasan mengapa kharisma seorang pemimpin mampu memberikan pengaruh dan motivasi yang sangat besar kepada bawahanya untuk melakukan segala hal demi pemimpinya. Contohnya adalah mengapa para bawahan agama tertentu rela mengorbankan segala hal yang bersifat duniawi demi agamanya. Dan mengapa para bawahan politik rela hidupnya dipenuhi resiko demi pimpinannya.
Shamir, house, dan Arthur (1993) merumuskan sebuah teori baru mengenai kharisma seorang pemimpin. Beberapa indikasi yang digunakan masih sama, yaitu mengenai rasa sayang bawahan kepada pimpinannya, keterkaitan emosional dalam organisasi. Serta kesamaan komitmen untuk mencapai hasil yang maksimal. Jadi, kharisma yang terpancar dari diri seorang pemimpin akan mampu manjadikan bawahannya termotivasi untuk mempertahankan harga diri mereka, dan bahkan mempertahankan pendapat-pendapat mereka, sehingga dari situ akan timbul rasa menyayangi pemimpin dari bawahan.
3.        Konsekuensi dari Pemimpin Kharismatik

1)      Kharisma Positif dan Negatif
Pendekatan yang lazim digunakan untuk menilai kepemimpinan kharismatik adalah dengan menguji konsekuensi bagi para pengikut. Akan tetapi cara tersebut bersifat subjektif, dan tidak memberikan hasil yang akurat.
Pendekatan lain untuk membedakan kharismatik positif dan negatif adalah dengan melihat hubungan antara nilai-nilai dan kepribadian para pemimpin tersebut. Musser (Yukl, 1994) menyarankan untuk mengklasifikasi para pemimpin kharismatik sebagai positif atau negatif berdasarkan orientasi, apakah berorientasi pada kebutuhan mereka sendiri atau pada kebutuhan para pengikut dan organisasi. Musser mengajukan bahwa semua orang kharismatik sengaja mencoba menanamkan komitmen terhadap tujuan-tujuan ideologis, dan secara sadar atau tidak, mencoba untuk menanamkan devosi terhadap diri mereka sendiri. Para kharismatik yang negatif lebih banyak menekankan kepada devosi terhadap diri mereka sendiri daripada terhadap cita-cita. Dalam kaitannya dengan proses mempengaruhi, mereka menekankan pada identifikasi pribadi daripada internalisasi. Mereka dapat menggunakan seruan ideologis, namun hanya sebagai alat untuk memperoleh kekuasaan, setelah itu, ideologi tersebut diabaikan atau diubah untuk melayani sasaran-sasaran pribadi pemimpin tersebut. Sebaliknya, para kharismatik positif mencoba untuk menanamkan lebih banyak devosi kepada ideologi daripada pada dirinya sendiri. Dalam kaitannya dengan proses-proses mempengaruhi, mereka menekankan internalisasi daripada identifikasi pribadi.
Konsepsi Musser mengenai kharismatik yang positif dan negatif konsisten dengan ide-ide dan penemuan-penemuan dari beberapa orang teoretikus kepemimpin yang mengusulkan bahwa kharismatik yang negatif mempunyai orientasi kepada suatu kekuasaan yang dipersonalisasi, sedangkan para kharismatik yang positif mempunyai sebuah orientasi kekuasaan yang disosialisasi.

a.      Konsekuensi Kharismatik yang Negatif
Conger meninjau kembali penelitian deskriptif tentang para pemimpin kharismatik, termasuk penelitian terhadap para pemimpin yang sangat mencintai dirinya sendiri (narcissistic), dan ia berkesimpulan bahwa sejumlah masalah serius kemungkinan akan muncul dalam organsasi-organisasi yang dipimpin oleh para kharismatik negatif. Beberapa kemungkinan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
§  Hubungan antar-pribadi yang jelek
§  Konsekuensi-konsekuensi negatif dari perilaku impulsive dan tidak konvensional
§  Konsekuensi-konsekuensi negatif dari manajemen kesan
§  Praktik-praktik administrasi yag lemah
§  Konsekuensi-konsekuensi negatif dari rasa percaya diri
§  Gagal untuk merencanakan suksesi

b.      Keuntungan dan Biaya Kharismatik yang Positif
Para pengikut kemungkinan akan berada dalam keadaan lebih baik dengan seorang pemimpin kharismatik positif daripada jika berada pada seorang pemimpin kharismatik yang negatif. Mereka lebih berpeluang untuk mengalami pertumbuhan psikologis serta pengembangan kemampuan. Organisasi tersebut juga lebih berpeluang untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dinamis, kejam, dan bersaing. Dampak seorang pemimpin kharismatik yang positif biasanya adalah penciptaan sebuah budaya yang berorientasi kepada keberhasilan, sistem kerja yang tinggi, atau organisasi yang terdorong oleh nilai-nilai, sehingga organisasi tumbuh menjadi sebuah organisasi yang unggul.

2)      Sisi Gelap Pemimpin Kharismatik
Teori utama mengenai kepemimpinan kharismatik menekankan pada konsekuensi positif, tetapi sejumlah ilmuwan sosial juga telah mempertimbangkan “sisi gelap” dari kharisma. Konsekuensi negatif yang mungkin terjadi dalam organisasi dipimpin oleh kharismatik adalah:
a)      Keinginan akan penerimaan oleh pemimpin menghambat kecaman dari pengikut
b)      Pemujaan oleh pengikut menciptakan khayalan akan tidak dapat berbuat kesalahan
c)      Keyakinan dan optimisme berlebihan membutakan pemimpin dari bahaya nyata
d)      Penolakan akan masalah dan kegagalan mengurangi pembelajaran organisasi
e)      Proyek berisiko yang terlalu besar akan besar kemungkinannya untuk gagal
f)       Mengambil pujian sepenuhnya atas keberhasilan akan mengasingkan beberapa pengikut yang penting
g)      Perilaku impulsif yang tidak tradisional menciptakan musuh dan juga orang-orang yang tidak percaya
h)      Ketergantungan pemimpin akan menghambat perkembangan penerus yang kompeten
i)        Kegagalan untuk mengembangkan penerus menciptakan krisis kepemimpinan pada akhirnya








BAB III
PENUTUPAN

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di bab dua, maka penulis menyimpulkan bahwa tipe kepemimpinan kharismatik sangat baik apabila digunakan di dalam memimpin sebuah lembaga atau organisasi pada umumnya. Kharisma seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya sangat kuat. Para bawahan menjadi sangat giat dalam menyelesaikan sebuah misi setelah menerima pengaruh dari pemimpinnya yang kharismatik. Hal-hal yang mempengaruhi proses pengaruh kharismatik seorang pemimpin adalah Personal Karakter, yaitu  karakter dasar dari seorang pemimpin yang sangat menentukan apakah ia memiliki kharisma atau tidak terhadap bawahannya, dan Width and Depth Knowledge, yaitu keluasan dan kedalaman pengetahuan seorang pemimpin yang menjadi sumber pembelajaran dan inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya.
Namun, tipe kepemimpinan kharismatik ini akan berantakan atau berjalan tidak baik apabila pemimpinnya mempunyai rasa optimisme yang berlebihan, berperilaku impulsif, kurang sadar akan kesalahannya, dan tindakan-tindakan negatif lainnya.
Maka dari itu, hendaknya seorang pemimpin mengenal dirinya sendiri dan juga mengenal orang lain, serta membangun kebersamaan dengan meyebarkan cinta kasih antara dirinya dengan orang lain.




DAFTAR PUSTAKA

Marno. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Malang: Refika Aditama.
Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Thoha, Miftah. 1983. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
http://dedinoviyanto.wordpress.com/my-papers/tentang-pendidikan/kepemimpinan-kharismatik-dalam-pendidikan-islam/


[1] Marno, M.Ag., Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, 2008, hlm: 22
[2] Prof. Dr. Veithzal Rivai, M.B.A. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, 2003, hlm:132
[3] Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, 1983, hlm:91

1 komentar: