BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kepemimpinan
merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan moral yang
kreatif yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap, sehingga
mereka menjadi selaras dengan keinginan pemimpin. Untuk itu, gaya
seseorang di dalam memimpin akan amat berpengaruh terhadap organisasi yang
dipimpinnya, baik pengaruh itu bersifat positif maupun negatif terhadap
organisasi tersebut. Sebagaimana dikutip oleh Muhaimin, M.Pd., yang menyatakan
bahwa 90% dari semua kegagalan kepemimpinan adalah kegagalan pada karakter.
Beberapa
tipe kepemimpinan telah dikenal, di antaranya adalah tipe kepemimpinan
Karismatik. Kepemimpinan karismatik selama ini selalu identik dengan
pengamatan pemimpin di politik dan keagamaan, bukan kepemimpinan di organisasi
dan perusahaan.
Makalah ini
akan membahas, bagaimana pengaruh pemimpin kharismatik tersebut apabila
digunakan di dalam memimpin sebuah lembaga atau organisasi pada umumnya.
B.
RUMUSAN MASALAH
Masalah adalah suatu kendala atau persoalan
yang harus dipecahkan agar tercapainya tujuan dengan hasil yang maksimal.
Dalam makalah ini, masalah yang akan
dipecahkan adalah:
1. Apa pengertian,
ciri-ciri, dan perilaku-perilaku Pemimpin Kharismatik?
2. Bagaimana sifat
dan proses pengaruh Pemimpin Kharismatik?
3. Bagaimana
konsekuensi dari Pemimpin Kharismatik?
C.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan merupakan langkah pertama dalam proses mencapai
kesuksesan, dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui
pengertian, ciri-ciri, dan perilaku-perilaku Pemimpin Kharismatik.
2. Untuk memahami
sifat dan proses pengaruh Pemimpin Kharismatik.
3. Untuk memahami
konsekuensi dari Pemimpin Kharismatik.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian, Ciri-ciri,
dan Perilaku-perilaku Pemimpin Kharismatik
a.
Pengertian Pemimpin
Kharismatik
Pemimpin adalah pribadi yang memiliki
kecakapan khusus dengan atau tanpa pengangkatan resmi untuk dapat memengaruhi
kelompok yang dipimpinnya untuk melakukan usaha bersama yang mengarah kepada
sasaran-sasaran tertentu.[1]
Kharisma adalah suatu kata yang berasal
dari bahasa Yunani yang berarti “anugerah”. Kekuatan yang tidak bisa dijelaskan
secara logika disebut kekuatan kharismatik. Sementara kharismatik itu sendiri
mempunyai pengertian pancaran wibawa yang terpancar dari dalam diri seseorang.
Jadi, Pemimpin kharismatik adalah seorang
pemimpin yang memancarkan aura wibawa yang mampu menarik perhatian bawahannya
atau orang-orang yang dipimpinnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
Secara garis besar, pemimpin yang
kharismatik adalah pemimpin seperti yang di katakan oleh pahlawan pendidikan
Republik Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, yakni pemimpin yang “ing ngarso sung
tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Seorang yang kharismatik
adalah sosok yang pertama “ing ngarso sung tuladha”, yaitu sosok yang di depan
dapat memberikan teladan yang baik bagi bawahannya. Yang kedua “ing madya
mangun karsa”, yaitu seorang pemimpin yang mampu menempatkan diri di mana ia
dibutuhkan, selain di depan ia juga harus dapat menempatkan diri di
tengah-tengah bawahannya yakni sebagai Pembina anggotanya, ia harus mampu
melindungi bawahannya, dan menuntun pada jalan yang benar. Yang ketiga “tut
wuri handayani”, yaitu seorang pemimpin yang mampu memberikan dorongan dan
semangat di belakang bawahannya.
b.
Ciri-ciri Pemimpin
Kharismatik
Pemimpin kharismatik mempunyai
ciri-ciri tersendiri yang tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dengan gaya
kepemimpinan lainnya. Adapun ciri-ciri pemimpin kharismatik antara lain:
·
memiliki visi yang amat kuat atau kesadaran tujuan
yang jelas
·
mengkomunikasikan visi itu secara efektif
·
mendemontrasikan konsistensi dan fokus
·
menyampaikan harapan yang tinggi
·
mempunyai pendirian dalam keyakinan-keyakinan dan
cita-cita mereka sendiri
·
mengambil resiko pribadi dan membuat pengorbanan diri
untuk mencapai visi itu
·
membangun identifikasi dengan kelompok atau organisasi
Pemimpinan
kharismatik hampir terlihat mirip dengan pemimpin transformasional, dimana
seorang pemimpin menyuntikkan antusiasme yang tinggi pada tim, dan sangat
enerjik dalam mendorong bawahan untuk maju. Namun perbedaannya adalah, kalau
pemimpin transformasional lebih memotivasi bawahan untuk berbuat lebih baik
dengan apa yang sesungguhnya diharapkan bawahan itu dengan meningkatkan nilai
tugas, dengan mendorong bawahan untuk mengorbankan kepentingan diri sendiri demi
kepentingan tim yang dibarengi dengan manaikkan tingkat kebutuhan bawahan ke
tingkat yang lebih baik,[2]
sementara pemimpin yang kharismatik cenderung lebih percaya pada dirinya
sendiri daripada timnya. Ini bisa menciptakan resiko pada sebuah proyek atau
bahkan organisasi akan kolaps apabila ditinggal pemimpinnya pergi atau
meninggal.
Ciri yang
khas dari pemimpin kharismatik adalah daya tariknya yang memang mengikat
sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar.
Tegasnya, setiap pemimpin yang kharismatik adalah orang yang dikagumi oleh
banyak pengikut, dan munculnya tipe kharismatik bukan karena penampilan fisik,
usia, kaya atau miskin, tetapi karena pada diri pemimpin tersebut memiliki
kekuatan seperti kekuatan ajaib yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah yang
memungkinkan orang tertentu dipandang sebagai pemimpin yang kharismatik.
Sedangkan
ciri-ciri pemimpin kharismatik menurut Ngalim Purwanto adalah sebagai berikut:
a.
Mempunyai
daya tarik yang sangat besar
b.
Pengikut
tidak mampu menjelaskan mengapa mereka tertarik mengikuti dan mentaatinya
c.
Pemimpin
seolah-olah mempunyai kekuatan gaib (super-natural power)
d.
Kharisma
yang dimiliki tidak tergantung pada umur, kekayaan, dan keterampin si pemimpin.
c.
Perilaku-perilaku
Pemimpin Kharismatik
Pemimpin kharismatik sering menjaga
perilakunya di depan para bawahannya agar dirinya terkesan berkompeten di
bidangnya. Seorang pemimpin yang berkharisma pandai menyuarakan ideologinya
yang berhubungan dengan tujuan organisasi, sehingga dapat menciptakan aspirasi
bersama yang diakomodasikan terhadap bawahan. Pemimpin yang kharismatik juga
suka memberikan contoh-contoh perilaku yang baik agar ditiru oleh bawahannya.
Dalam proses ini pemimpin mampu memberikan kepuasan dan motivasi kepada
bawahannya. Mereka suka memberikan motivasi secara bertahap dan
berkesinambungan kepada bawahannya agar menumbuhkan rasa percaya diri yang
tinggi terhadap bawahannya. Motivasi diberikan dengan cara memberikan
pujian-pujian dan daya tarik emosional kepada bawahannya. Hal ini akan
senantiasa menumbuhkan rasa percaya diri seorang bawahan dan secara tidak
langsung menghidupkan kharisma seorang pemimpin.
Berikut beberapa perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin
karismatik:
1. Para pemimpin kharismatik menunjukkan perilaku-perilaku yang
dirancang untuk menciptakan kesan di antara para pengikut bahwa pemimpin
tersebut kompeten.
2. Para pemimpin kharismatik akan menekankan pada tujuan-tujuan
ideologis yang menghubungkan misi kelompok dengan nilai-nilai, cita-cita, serta
aspirasi-aspirasi yang berakar dalam dan dirasakan bersama oleh para pengikut.
3. Para pemimpin kharismatik akan menetapkan suatu contoh dalam
perilaku mereka sendiri agar diikuti oleh para pengikut.
4. Pemimpin kharismatik akan mengkomunikasikan harapan-harapan
yang tinggi tentang kinerja para pengikut sedangkan pada saat bersamaan juga
mengekspresikan rasa percaya tentang kinerja para pengkut.
5. Pemimpin kharismatik akan berusaha berperilaku dengan cara
yang menimbulkan motivasi yang relevan bagi misi kelompok.
Conger dan Kanungo menyarankan
sebuah teori tentang kepemimpinan kharismatik yang didasarkan atas asumsi bahwa
kharisma adalah sebuah fenomena atribusi.
Conger dan Kanungo menyatakan bahwa atribusi kharisma oleh
para pengikut tergantung kepada beberapa aspek perilaku pemimpin.
Perilaku-perilaku tersebut tidak diasumsikan ada pada semua pemimpin kharismatik
dengan tingkat tertentu kepada situasi kepemimpinan. Adapun perilaku-perilaku
pemimpin karismatik berdasarkan teori atribusi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kharisma akan diatribusikan kepada para pemimpin yang membela
sebuah visi yang sangat tidak sesuai dengan status quo, namun masih tetap
berada dalam ruang gerak yang dapat diterima oleh para pengikut.
2) Kharisma akan diatribusikan kepada para pemimpin yang
bertindak secara tidak konvensional untuk mencapai visi tersebut.
3) Para pemimpin akan tampak kharismatik bila mereka membuat
pengorbanan-pengorbanan bagi diri sendiri, mengambil risiko pribadi, dan
mendatangkan biaya tinggi untuk mencapai visi yang mereka dukung.
4) Para pemimpin yang tampak percaya diri dengan
usulan-usulannya akan dipandang lebih kharismatik daripada pimpinan yang tampak
ragu-ragu.
5)
Para
pengikut akan mengatribusikan kharisma kepada para pemimpin yang menggunakan personal power dan permintaan persuasif untuk memperoleh komitmen, daripada kepada para
pemimpin yang menggunakan kewenangan atau sebuah proses pengambilan keputusan
partisipatif.
2.
Sifat dan Proses
Pengaruh Pemimpin Kharismatik
a.
Sifat Pemimpin
Kharismatik
Conger dan Kanungo (1987) menyatakan bahwa pemimpin
yang kharismatik adalah bersifat alami. Kharismatik itu bukan hanya suatu
bayangan seorang pemimpin, akan tetapi lebih cenderung kepada dorongan terhadap
para bawahannya. Seorang pemimpin akan terlihat kharismanya jika ia mampu
bertanggungjawab atas suatu keputusan yang diambil terhadap bawahannya. Akan
berkesan lagi apabila pemimpin mau bertanggung jawab tanpa mengindahkan uang,
status, atau bahkan jabatannya di lembaga yang dipimpinnya itu demi bawahannya.
Pemimpin yang kharismatik mengedepankan membangun visi bagi masa depan dan
mengatur strategi untuk merealisasikannya. Dia menyebabkan terjadinya
perubahan. Dia memotivasi dan menginspirasi orang lain untuk menuju ke arah
yang benar, menyertai setiap orang dan berkorban untuk mencapainya. Hal ini
akan membuat para bawahan meyakini bahwa pemimpinnya benar-benar tahu bagaimana
cara memimpin dan mencapai sebuah tujuan. Hal ini akan membuat mereka bekerja
keras dalam menjalankan strategi yang diberikan oleh pemimpinnya, sehingga
peluang sukses semakin tinggi. Hal ini dikarenakan para bawahan akan melakukan
apa saja jika mereka telah terpengaruh oleh pemimpinnya yang berkharisma.
b.
Proses Pengaruh
Pemimpin Kharismatik
Kharisma
seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya sangat kuat. Para bawahan
menjadi sangat giat dalam menyelesaikan sebuah misi setelah menerima pengaruh
dari pemimpinnya yang kharismatik.
Hal-hal yang
mempengaruhi proses pengaruh kharismatik seorang pemimpin adalah sebagai
berikut:
1.
Personal Karakter
Karakter dasar dari seorang pemimpin
sangat menentukan apakah ia memiliki kharisma atau tidak terhadap bawahannya.
Karakter pemimpin tidak akan tampak ketika ia hanya berinteraksi sesaat dengan
bawahannya, atau dalam kondisi tekanan normal. Namun, dalam kondisi tekanan
yang luar biasalah karakter pemimpin kharismatik yang asli akan muncul ke
permukaan dan tampak jelas. Apakah dia mudah marah, mudah mengeluh, mudah
menyerah, mudah panik, atau menggantungkan dirinya pada orang lain. Bahkan,
apakah ia sesungguhnya punya karakter offensive (menyerang orang lain),
defensive (sekadar menjaga diri), atau offensive-defensive (mempertahankan diri
dengan cara menyerang). Dan apakah ia juga memiliki karakter uncontrolled
(tidak mampu mengendalikan din), short-sighted (berpandangan jangka pendek),
impulsive (reaktif-sesaat), bahkan explosive (meledak-ledak).
2.
Width & Depth Knowledge
Aura kepemimpinan kharismatik akan semakin bersinar
terang ketika orang tersebut secara terus menerus memperluas dan memperdalam
pengetahuannya, terutama dalam bidangnya. Ia menjadi sumber pembelajaran dan
inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya. Sehingga secara tidak langsung hal
ini akan mempengaruhi para bawahanya atupun lembaga yang dipimpinnya.
Dari
situ akan terlahir sebuah teori konsep kepemimpinan yang erat sekali
hubungannya dengan kekuasaan pemimpin dalam memperoleh perhatian bawahannya.
Pada
dasarnya kemampuan untuk mempengaruhi orang atau suatu kelompok untuk mencapai
tujuan tersebut adalah adanya unsur kekuasaan. Istilah kekuasaan dalam
literatur manajemen telah dipakai secara luas, akan tetapi masih juga terjadi
kekaburan tentang pengertiannya. Seringkali kekuasaan digunakan silih berganti
dengan istilah-istilah lainnya seperti pengaruh (influence) dan otoritas (authority).
Padahal kekuasaan bukanlah pengaruh atau otoritas, tetapi dari kekuasaan inilah
akan lahir sebuah pengaruh atau otoritas. Pelopor pertama yang menggunkan
istilah kekuasaan adalah sosiolog kenamaan Max Weber. Dia merumuskan kekuasaan
sebagai suatu kemungkinan yang membuat seorang “aktor” di dalam suatu hubungan
sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan
yang menghilangkan halangan.[3]
Dengan demikian, kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk
mau melakukan apa yang diinginkan oleh pihak lainnya.
Lalu,
teori konsep yang dimaksud ialah yang memberikan penjelasan mengenai alasan
mengapa kharisma seorang pemimpin mampu memberikan pengaruh dan motivasi yang
sangat besar kepada bawahanya untuk melakukan segala hal demi pemimpinya.
Contohnya adalah mengapa para bawahan agama tertentu rela mengorbankan segala
hal yang bersifat duniawi demi agamanya. Dan mengapa para bawahan politik rela
hidupnya dipenuhi resiko demi pimpinannya.
Shamir,
house, dan Arthur (1993) merumuskan sebuah teori baru mengenai kharisma seorang
pemimpin. Beberapa indikasi yang digunakan masih sama, yaitu mengenai rasa
sayang bawahan kepada pimpinannya, keterkaitan emosional dalam organisasi.
Serta kesamaan komitmen untuk mencapai hasil yang maksimal. Jadi, kharisma yang
terpancar dari diri seorang pemimpin akan mampu manjadikan bawahannya termotivasi
untuk mempertahankan harga diri mereka, dan bahkan mempertahankan
pendapat-pendapat mereka, sehingga dari situ akan timbul rasa menyayangi
pemimpin dari bawahan.
3.
Konsekuensi dari Pemimpin Kharismatik
1)
Kharisma Positif dan Negatif
Pendekatan
yang lazim digunakan untuk menilai kepemimpinan kharismatik adalah dengan
menguji konsekuensi bagi para pengikut. Akan tetapi cara tersebut bersifat
subjektif, dan tidak memberikan hasil yang akurat.
Pendekatan
lain untuk membedakan kharismatik positif dan negatif adalah dengan melihat
hubungan antara nilai-nilai dan kepribadian para pemimpin tersebut. Musser
(Yukl, 1994) menyarankan untuk mengklasifikasi para pemimpin kharismatik
sebagai positif atau negatif berdasarkan orientasi, apakah berorientasi pada
kebutuhan mereka sendiri atau pada kebutuhan para pengikut dan organisasi.
Musser mengajukan bahwa semua orang kharismatik sengaja mencoba menanamkan
komitmen terhadap tujuan-tujuan ideologis, dan secara sadar atau tidak, mencoba
untuk menanamkan devosi terhadap diri mereka sendiri. Para kharismatik yang
negatif lebih banyak menekankan kepada devosi terhadap diri mereka sendiri
daripada terhadap cita-cita. Dalam kaitannya dengan proses mempengaruhi, mereka
menekankan pada identifikasi pribadi daripada internalisasi. Mereka dapat
menggunakan seruan ideologis, namun hanya sebagai alat untuk memperoleh
kekuasaan, setelah itu, ideologi tersebut diabaikan atau diubah untuk melayani
sasaran-sasaran pribadi pemimpin tersebut. Sebaliknya, para kharismatik positif
mencoba untuk menanamkan lebih banyak devosi kepada ideologi daripada pada
dirinya sendiri. Dalam kaitannya dengan proses-proses mempengaruhi, mereka
menekankan internalisasi daripada identifikasi pribadi.
Konsepsi Musser mengenai kharismatik yang positif
dan negatif konsisten dengan ide-ide dan penemuan-penemuan dari beberapa orang
teoretikus kepemimpin yang mengusulkan bahwa kharismatik yang negatif mempunyai
orientasi kepada suatu kekuasaan yang dipersonalisasi, sedangkan para kharismatik
yang positif mempunyai sebuah orientasi kekuasaan yang disosialisasi.
a. Konsekuensi Kharismatik yang Negatif
Conger meninjau kembali penelitian deskriptif
tentang para pemimpin kharismatik, termasuk penelitian terhadap para pemimpin yang
sangat mencintai dirinya sendiri (narcissistic), dan ia berkesimpulan
bahwa sejumlah masalah serius kemungkinan akan muncul dalam
organsasi-organisasi yang dipimpin oleh para kharismatik negatif. Beberapa
kemungkinan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
§ Hubungan antar-pribadi yang jelek
§ Konsekuensi-konsekuensi negatif dari perilaku impulsive dan
tidak konvensional
§ Konsekuensi-konsekuensi negatif dari manajemen kesan
§ Praktik-praktik administrasi yag lemah
§ Konsekuensi-konsekuensi negatif dari rasa percaya diri
§ Gagal untuk merencanakan suksesi
b. Keuntungan dan Biaya Kharismatik yang Positif
Para pengikut kemungkinan akan berada dalam
keadaan lebih baik dengan seorang pemimpin kharismatik positif daripada jika
berada pada seorang pemimpin kharismatik yang negatif. Mereka lebih berpeluang
untuk mengalami pertumbuhan psikologis serta pengembangan kemampuan. Organisasi
tersebut juga lebih berpeluang untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang dinamis, kejam, dan bersaing. Dampak seorang pemimpin kharismatik yang
positif biasanya adalah penciptaan sebuah budaya yang berorientasi kepada
keberhasilan, sistem kerja yang tinggi, atau organisasi yang terdorong oleh
nilai-nilai, sehingga organisasi tumbuh menjadi sebuah organisasi yang unggul.
2)
Sisi Gelap Pemimpin Kharismatik
Teori utama mengenai kepemimpinan kharismatik
menekankan pada konsekuensi positif, tetapi sejumlah ilmuwan sosial juga telah
mempertimbangkan “sisi gelap” dari kharisma. Konsekuensi negatif yang mungkin
terjadi dalam organisasi dipimpin oleh kharismatik adalah:
a) Keinginan akan penerimaan oleh pemimpin menghambat kecaman
dari pengikut
b) Pemujaan oleh pengikut menciptakan khayalan akan tidak dapat
berbuat kesalahan
c) Keyakinan dan optimisme berlebihan membutakan pemimpin dari
bahaya nyata
d) Penolakan akan masalah dan kegagalan mengurangi pembelajaran
organisasi
e) Proyek berisiko yang terlalu besar akan besar kemungkinannya
untuk gagal
f) Mengambil pujian sepenuhnya atas keberhasilan akan
mengasingkan beberapa pengikut yang penting
g) Perilaku impulsif yang tidak tradisional menciptakan musuh
dan juga orang-orang yang tidak percaya
h) Ketergantungan pemimpin akan menghambat perkembangan penerus
yang kompeten
i)
Kegagalan untuk mengembangkan
penerus menciptakan krisis kepemimpinan pada akhirnya
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan di bab dua, maka penulis menyimpulkan bahwa tipe kepemimpinan
kharismatik sangat baik apabila digunakan di dalam memimpin sebuah lembaga atau
organisasi pada umumnya. Kharisma seorang pemimpin dalam mempengaruhi
bawahannya sangat kuat. Para bawahan menjadi sangat giat dalam menyelesaikan
sebuah misi setelah menerima pengaruh dari pemimpinnya yang kharismatik. Hal-hal
yang mempengaruhi proses pengaruh kharismatik seorang pemimpin adalah Personal Karakter, yaitu karakter
dasar dari seorang pemimpin yang sangat menentukan apakah ia memiliki kharisma
atau tidak terhadap bawahannya, dan Width
and Depth Knowledge, yaitu keluasan dan kedalaman pengetahuan seorang
pemimpin yang menjadi sumber pembelajaran dan inspirasi bagi orang-orang di
sekitarnya.
Namun,
tipe kepemimpinan kharismatik ini akan berantakan atau berjalan tidak baik
apabila pemimpinnya mempunyai rasa optimisme yang berlebihan, berperilaku
impulsif, kurang sadar akan kesalahannya, dan tindakan-tindakan negatif
lainnya.
Maka
dari itu, hendaknya seorang pemimpin mengenal dirinya
sendiri dan juga mengenal orang lain, serta membangun kebersamaan dengan
meyebarkan cinta kasih antara dirinya dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Marno. 2008. Manajemen
dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Malang: Refika Aditama.
Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Thoha, Miftah. 1983. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
http://dedinoviyanto.wordpress.com/my-papers/tentang-pendidikan/kepemimpinan-kharismatik-dalam-pendidikan-islam/
makasih sob akan saya coba dulu tipsnya
BalasHapusmudah mudahan bermanfat,,