Selasa, 18 November 2014

perbedaan kebudayaan indonesia dan iran (tugas SPI)



Kebudayaan indonesia dan iran mempunyai perbedaan mezkipun mempunyai keterkaitan dalam jalinan sejarah dilihat dari pengaruh bahasa dan literatur persia dan literatur melayu.

Salah satu bukti yang mendukung hubungan sejarah itu adalah adanya persamaan sastra dan bahasa yang saling memengaruhinya. Keberadaan lebih dari 400 kata dari bahasa Persia pada bahasa Melayu yang masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari membuktikan eratnya hubungan ini.

Perbedaan iran dan indonesia di lihat dari segi kebudayaan sangatlah rumit. Apakah perbedaan iran dan indonesia tersebut?
***

                untuk mengetahui kehadiran orang Iran dalam sejarah Nusantara dapat dilihat dari pengaruh bahasa dan literatur Persia dalam literatur Melayu. Secara keseluruhan, pengaruh sastra Persia terhadap sastra Indonesia dapat digolongkan dalam tujuh kategori, yaitu pengaruh sastra Persia terhadap buku-buku bersejarah, buku-buku undang-undang Malaka, agama, kerajaan Indonesia, cerita para nabi dan ahlulbait, sastra keseharian Indonesia, dan alhasil pengaruh sastra Persia terhadap puisi-puisi Indonesia. Seperti ditemukan pada buku Hikayat Raja-raja Pasai, Sejarah Malaka, dan Hikayat Aceh. Dalam buku tersebut ditemukan 130 kosa kata bahasa Persia.
              Seperti diketahui, pada zaman dahulu, para raja Pasai menugaskan para ahli sejarah untuk menulis hal-hal yang terjadi terkait kerajaan mereka. Raja-raja Pasai mengumpulkan para penyair dan pemikir besar serta mendatangkan pemikir besar mancanegara seperti Sayed Amir Sharif Shirazi dan Tajuddin Esfahani sebagai penasihat kerajaan. Pendalaman terhadap naskah-naskah kerajaan menunjukkan pengaruh signifikan sastra Persia terhadap buku pada masanya. Seperti buku Serat Tajusalatin yang ditulis pada kerajaan Islami Aceh (1603 M) dan buku Bustanul Arefin. Pada buku tersebut, terdapat lebih 36 kosakata dan pepatah bahasa Persia. Penggunaan nama-nama para raja Iran, peribahasa, dan kata-kata Persia menunjukkan pengaruh sastra Persia terhadap buku yang beredar di Kerajaan Pasai. Sebagian besar buku itu bersumber pada buku karya pemkir Iran seperti Attar dan Vaez Kashani dan terinpirasi dari karya Khosro va Shirin, Yusef va Zoleykha, dan sebagainya.
            Karya sastra Nusantara lain adalah cerita para nabi dan ahlulbait. Sejarah menunjukkan bahwa penulisan cerita para nabi dan ahlulbait dimulai dari Yaman dan Iran, lalu meluas ke negara lainnya dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa, antara lain Turki dan Melayu. Penulis menyebutkan cerita Nabi Yusuf, Hikayat Nabi Miraj, Hikayat Nabi Lahir, Hikayat Bulan Berbelah, Hikayat Raja Khandagh, dan banyak cerita lainnya sebagai cerita para nabi dan ahlulbait yang terlihat dengan jelas pengaruh bahasa dan sastra Persia di dalamnya.
            Selain 400 kata dari bahasa Persia pada bahasa Melayu seperti bandar, nakhoda, istana, masih banyak kata lainnya yang menjadi bagian dari bahasa keseharian masyarakat Indonesia yang berasal dari bahasa Persia. Lebih sembilan buah hikayat seperti hikayat Amir Hamzah, Muhammad Hanafiyah dan Bendara Hitam dari Churasan terdapat pengaruh menonjol bahasa Persia dalam hikayat-hikayat ini. Hikayat Bendara Hitam dari Churasan merupakan cerita seorang pahlawan dari Kota Khorasan – salah satu provinsi terbesar di Iran – yang diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia pada 1953.
            Bukti lain, yang membuktikan interaksi historis sastra Persia dan Nusantara adalah syair-syair yang dikenal masyarakat Indonesia. Yakni Bustan dan Musyawarah Burung yang berinteraksi mendapatkan pengaruh dari karya-karya penyair ternama di Iran, seperti Attar, Molawi (Rumi). Pengaruh signifikan penyair-penyair dan sufi masyhur Iran seperti Ghazali, Saadi, Attar terhadap buku-buku Hamzah Fansuri terlihat dari banyaknya kosa kata yang digunakan dalam naskah tersebut.
           Alhasil, persamaan dan perbedaan antara kedua bangsa Iran dan Indonesia begitu banyak. Tentu saja persamaan-persamaan ini dapat menunjukkan hubungan baik yang sedang terjalin antara kedua negara di berbagai bidang pada saat ini bukan merupakan fenomena baru, melainkan sebagai kelanjutan dari suatu hubungan yang umurnya berabad-abad.dan perbedaan tersebut dapat memicu perkembangan budaya indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar