TEORI PSIKOLOGI KOGNITIF MENURUT JEROME BRUNER
Ditulis untuk memenuhi
tugas matakuliah
PSIKOLOGI
Yang dibimbing oleh: Titin
Nurhidayati, S.Ag, M.Pd
.
Di susun oleh:
M. Fauzi
M.
Isma’il Jauhari
Latif hasyim
Mas’odi
Mas’udah
Mimin fitriatus solihah
Moh zainal abidin
Moh ali maksum
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM AL-FALAH AS-SUNNIYYAH
KONCONG-JEMBER
APRIL 2011
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul: “TEORI PESIKOLOGI BELAJAR (KOGNITIF) MENURUT
JEROME BRUNER”.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk
itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun dePmikian, tim
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Jember,
15 April 2011
PEMBAHASAN
A.
Konsep Belajar dan biografi Jerome
Bruner.
Jerome
Bruner dilahirkan dalam tahun 1915. Jerome Bruner, seorang ahli psikologi yang
terkenal telah banyak menyumbang dalam penulisan teori pembelajaran, proses
pengajaran dan falsafah pendidikan. Bruner bersetuju dengan Piaget bahwa
perkembangan kognitif kanak-kanak adalah melalui peringkat-peringkat tertentu.
Walau bagaimanapun, Bruner lebih menegaskan pembelajaran secara penemuan yaitu
mengolah apa yang diketahui pelajar itu kepada satu corak dalam keadaan baru
(lebih kepada prinsip konstruktivisme).
Beliau
bertugas sebagai profesor psikologi di University Harvard di Amerika
Serikat dan dilantik sebagi pengarah di Pusat Pengajaran Kognitif dari tahun
1961 sehingga 1972, dan memainkan peranan penting dalam struktur Projek Madison
di Amerika Serikat. Setelah itu, beliau menjadi seorang profesor Psikologi
di University Oxford di England.
Jerome S.
Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar
kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang
demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar dan berfikir.
Dalam mempelajarai manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan
pencipta informasi. Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses
kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan
menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangan terhadap belajar yang
disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu, didasarkan pada dua
prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model
mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu diadaptasikan pada
kegunaan bagi orang itu.
Pematangan
intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh bertambahnya
ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu tergantung
pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu
”sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu menyangkut
peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya sendiri atau
pada orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya.
Menurut
Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan.
Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan
mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan
penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih
keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.
Teori instruksi menurut Bruner hendaknya mencakup:
1) Pengalaman-pengalaman optimal bagi
siswa untuk mau dan dapat belajar, ditinjau dari segi aktivasi, pemeliharaan
dan pengarahan.
2) Penstrukturan pengetahuan untuk
pemahaman optimal, ditinjau dari segi cara penyajian, ekonomi dan kuasa.
3) Perincian urutan-urutan penyajian
materi pelajaran secara optimal, dengan memperhatikan faktor-faktor belajar sebelumnya,
tingkat perkembangan anak, sifat materi pelajaran dan perbedaan individu.
4) Bentuk dan pemberian reinforsemen.
Beliau
berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur
konsep-konsep yang dipelajari. Kanak-kanak membentuk konsep dengan mengasingkan
benda-benda mengikut ciri-ciri persamaan dan perbezaan. Selain itu, pengajaran
didasarkan kepada perangsang murid terhadap konsep itu dengan pengetahuan sedia
ada. Misalnya,kanak-kanak membentuk konsep segiempat dengan mengenal segiempat
mempunyai 4 sisi dan memasukkan semua bentuk bersisi empat kedalam kategori
segiempat,dan memasukkan bentuk-bentuk bersisi tiga kedalam kategori segitiga.
Dalam
teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan
baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau
kesimpulan tertentu.
Dalam hal
ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah:
1. tahap informasi, yaitu tahap awal
untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru
2. tahap transformasi, yaitu tahap
memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan
dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan
3. evaluasi, yaitu untuk mengetahui
apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.
Dalam
proses belajar ketiga tahapan ini selalu terdapat. Yang menjadi masalah ialah
berapa banyak informasi diperlukan agar dapat ditransformasi. Lama tiap tahapan
tidak selalu sama. Hal ini antara lain juga tergantung pada hasil yang
diharapkan, motivasi murid belajar, minat, keinginan untuk mengetahui dan
dorongan untuk menemukan sendiri. Konsep ini juga menjelaskan bahwa prinsip
pembelajaran harus memperhatikan perubahan kondisi internal peserta didik yang
terjadi selama pengalaman belajar diberikan dikelas. Pengalaman yang diberikan
dalam pembelajaran harus bersifat penemuan yang memungkinkan peserta didik
dapat memperoleh informasi dan keterampilan baru dari pelajaran sebelumya.
Oleh
karena itu, konsep pembelajaran ini secara sadar mengembangkan proses belajar
siswa yang mengarah kepada aspek jiwa dan aspek raga. Sesuai dengan pengertian
belajar itu sendiri yaitu serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
perubahan tingkah ;laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan linkungannya yang menyangkut kognitif, efektif, dan psikomotorik.
B.
Tokoh Serta Pemikiran Belajar
Penemuan Menurut Jerome Bruner
Tokoh yang mencetuskan konsep belajar penemuan
(discovery) ini yaitu Jerome Bruner beliau dilahirkan pada tahun 1915. Jerome Bruner, bertugas
sebagai profesor psikologi di Universiti Harvard di Amerika Syarikat dan
dilantik sebagi pengarah di Pusat Pengajaran Kognitif dari tahun 1961 sehingga
1972, dan memainkan peranan penting dalam struktur Projek Madison di Amerika
Syarikat. Setelah itu, beliau menjadi seorang profesor Psikologi di
Universiti Oxford di England.
Jerome
Bruner (1966) adalah seseorang pengikut setia teori kognitif, khususnya dalam
studi perkembangan fungsi kognitif. Ia menandai perkembangan kognitif menusia
sebagai berikut:
1. Perkembangan intelektual ditandai
dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan.
2. Peningkatan pengetahuan tergantung
pada perkembangan system penyimpanan informasi secara realis.
3. Perkembangan intelektual meliputi
perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui
kata-kata atau lambang tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang akan
dilakukan. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri.
4. Interaksi secara systematis antara
pembimbing, guru atau orang tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan
kognitifnya.
5. Bahasa adalah kunci perkembangan
kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi antara manusia. Untuk
memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan untuk
mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
6. Perkembangan kognitif ditandai
dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternative secara simultan,
memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam
berbagai situasi.
Teori fre discovery learning bertitik tolak pada
teori belajar kognitif, yang menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman. Perubahan ini tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang
dapat diamati. Asumsi dasar teori kognitif ini adalah setiap orang memiliki
telah memiliki pengetahuan dan penglaman dalam dirinya. Pengalaman dan
pengetauan ini tertata dalam bentuk struktur kognetif. Proses belajar akan
berjalan dengan baik apabila materi pelajaran yang baru beradaptasi
(bersinambungan) secara ‘klop’ dengan struktur kognetif yang sudah
dimilki oleh peserta didik.
Menurut Bruner perkembangan kognetif seseorang terjadi
melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu tahap
enaktif, ikonik dan simbolik.
1. Tahap enaktif
Pada tahap ini
anak didik melakukan aktivitas-aktivitasnya dalam usaha memahami lingkungan.
Peserta didik melakukan observasi dengan cara mengalami secara langsung suatu
realitas. Artinya,
dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya,
melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainnya.
2. Tahap ikonik
Pada tahap ini anak didik melihat
dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami
dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan
perbandingan (komparasi).
3. Tahap simbolik
Pada tahap ini peserta didik anak
didik mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan
logika serta komunikasi dilakukan dengan pertolongan sistem symbol. Semakin
dewasa seseorang maka system symbol ini semakin dominan. Peserta didik telah
mampu memahami gagasan-gagasan abstrak. Peserta didik membuatabstraksi berupa
teoti-teori, penafsiran, analisis dan sebagainya terhadap realitas yang telah
diamati dan dialami.
Menurut
Bruner belajar untuk sesuatu tidak tidak usah ditunggu sampai peserta didik
mencapai tahap perkembangan tertentu.yang penting bahan pelajaran harus ditata
dengan baik maka dapat diberikan kepadanya. Dengan kata lain perkembangan
kognetif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan belajar yang
akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Penerapan
teori Bruner yang terkenal dalam pendidikan adalah kurikulum spiral dimana
materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari sekolah dasar sampai
perguruan tinggi, tetapi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif
peserta didik. Artinya menunutut adanya pengulangan-pengulangan. Cara belajar
terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep arti, dan suatu
kesimpulan (free discovery lerning). Atau dapat dikatangan sebagai
belajar dengan menemukan (discovery).
C.
Ciri-ciri Belajar Penemuan
Menurut Jerome Bruner
Dari
penjelasan tentang kensep Belajar penemuan menurut Jerome Bruner di atas tentu
teori ini memiliki perbedaan-perbedaan dibandingkan dengan konsep atau
teori belajar yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh lain. Diamana dalam konsep
belajar penemuan menurut Jerome Bruner ini seseorang anak didik tidak
saja dituntut untuk bisa menerima pengetahuan saja, tapi tuntut untuk bisa
mengolah dan bahkan mengevaluasi serta mengembngkan pengetahuan tersebut.
Jadi, secara umum terdapat dua ciri konsep belajar penemuan Jerome Bruner
ini, yaitu:
1. Tentang (discovery) itu sendiri
merupakan ciri umum dari teori Bruner ini, diamana teori ini mengarahkan agar
peserta didik mendiri dalam menemukan, mengolah, memilah dan dan mengembangkan.
Berbeda dengan teori yang lain seperti teori, behavioristik yang belajar
berdasarkan pengalaman tidak memperhatikan aspek kognitifnya seperti teori
discovery Bruner ini.
2. Konsep kurikulum spiral merupakan
cirri khas dari teori discovery Jerome Bruner ini. Dimana dalam teorinya di
tuntut adanya pengulangan-pengulangan terhadap penegetahuan yang sama namun
diulang dengan pembahsan yang lebih luas dan mendalam. Seperti pengetahuan
tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang di ajarkan pada sekolah dasar (SD)
kemudian ilmu penegtahuan tersebut masih dapat diajarkan di perguruan Tinggi
seperti Psikologi Belajar. Psikologi belajar merupakan pengetahuan yang sama
dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) namun pembahasan psikologi belajar
lebih mendalam.
D.
Kelebihan dan kelemhan Belajar Penemuan
Menurut Jerome Bruner
Setiap
sesuatu itu memilki kelebihan dan kelemahan begitu juga dengan teori penemuan
menurut Jerome Bruner. Sebagaimana dijelaskan Syaiful Bahri Djamarah, dalam
bukunya Psikologi belajar, bahwa teori-teori belajar yang baru hadir di mengisi
lembaran sejarah dalam dunia pendidikan, tapi perlu dipahami setiap teori
belajar tersimpan kelemahan dibalik kelebihannya.
Menurut syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam bukunya strategi belajar
mengajar menjelaskan bahwa kelebihan dan kelemahan konsep ini yaitu belajar
mengajar konsep ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognetif.
Kelemahannya adalah memakan waktu yang cukup banyak, dan kalau kurang terpimpin
atau kurang terarah dapat menjerumus kepada kekacauan dan kekaburan atas materi
yang dipelajari.
Penggunaan konsep discovery ini berusaha meningkatkan aktivitas belajar, maka
konsep ini memiliki keunggulan sebagai berikut:
1. Konsep ini membantu peserta didik
mengembangkan bakatnya, membentuk sifat kesiapan serta kemampuan keterampilan
dalam proses kognitif peserta didik.
2. Peserta didik memndapatkan
pengetahuan yang bersifat pribadi sehingga pengetahuan tersebut dapat bertahan
lama dalam diri peserta didik.
3. Konsep ini memberikan semangat
belajar peserta didik, diamana dengan konsep belajar mencari dan menemukan pengetahuan
sendiri tentu rasa ingin tau itu timbul sehinnga akan membentuk belajar yang
ikhlas dan aktif.
4. Konsep ini memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menegembangkan kemampuannya dan keterampilannya
sendiri sesuai dengan bakat dan hobi yang dimilikinya.
5. Konsep ini mampu membantu cara
belajar peserta didik yang baik, sehingga peserta memiliki motivasi yang kuat
untuk tetap semangat dalam belajar.
6. Memberikan kepercayaan tersendiri
bagi peserta didik karena mampu menemukan, mengolah, memilah dan mengembangkan
pengetahuan sendiri.
7. Konsep ini berpusat pada peserta
didik, dan guru hanya membantu saja.
Adapun
kelemahan konsep belajar penmuan menurut Jerome Bruner, yaitu:
1. Konsep belajar ini menuntut peserta
didik untuk memiliki kesiapan dan kematangan mental. Peserta didik harus berani
dan berkeinginan mengetahuai keadaan disekitarnya. Jika tidak memiliki
keberanian dan keinginan tentu proses belajar akan gagal.
2.
Konsep ini kurang berhasil apabila di laksanakan didalam
kelas yang besar.
3.
Konsep ini terlalu mementingkan proses pengertian saja,
kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampila bagi
peserta didik.
4. Konsep ini mungkin tidak memberikan
kesempatan untuk bepikir secara kretaif.
Dari
beberapa penjelasan tentang kelebihan dan kelemahan konsep penemuan menurut Jeromi
Bruner, tentu kita harus mampu mempergunakan konsep belajar ini sesuai dengan
keadaan dan tempatnya, sehingga nantinya dapat memaksimalkan penggunaaan konsep
ini dan tidak terjadinya kegalalan pembelajaran karena salah dalam
penggunaannya.
E.
Implikasi Konsep Belajar Penemuan
Menurut Jerome Bruner Dalam Kegiatan Pembelajaran.
Meneurut
Syiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain impliklasi konsep belajar discovery
dalam pembelajaran yaitu:
1. Simulation,
guru mulai bertanya dengan
mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik untuk membaca atau mendengarkan
uraian yang memuata uraian permasalahan.
2. Problem
Statement, anak
didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan. Sebagian
besar memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahakan.
Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statemen) sebagai jawaban
sementara atas pertanyaan yang di ajukan.
3. Data
collection, Untuk
menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis ini, anak didik
diberi kesempatan untuk mengumpulkan (Collection) berbagai informasi
yang relavan, membaca literature,m mengamati obyek, wawancara dengan nara
sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.
4. Data
prossesing. Semua
informasi hasil bacaan, wawancara observasi, dan sebagainya, semunya diolah,
diacak, diklasifikasikn, ditabulasi, bahkan apabila perlu dihitung dengan cara
tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
5. Verfication,
atau pembuktian. Berasarkan
hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau
hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab
atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
6. Generalization. Tahap selanjutnya berdasarkan
verfikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi
tertentu.
System
belajar yang dikembangkan Brunner ini menggunakan landasan pemikiran pendekatan
belajar mengajar. Hasil belajar cara ini lebih mudah dihapal dan diingat, mudah
dtransfer untuk memecahkan masalah. Pengetahuan dan kecakapan anak
didikbersangkutan lebih jauhdapat menumbuhkan motivasi instrik, karena anak
merasa puas atas penggunaannya sendiri.
Kemudian Oemar Halik dalam bukunya perencanaan Pengajaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem, menjelaskan konsep belajar penemuan Jerome Bruner dapat
diaplikasikan dalam pembelajaran dalam bentuk pendekatan komunikasi satu arah
dan komunikasi dua arah, tergantung pada besarnya kelas.
1.
Sistem satu arah (ceramah Reflektif)
Pendekatan satu arah berdasarkan penyajian satu arah (penuangan/expotision)
yang dilakukan oleh guru. Struktur penyajiaannya dalam bentuk usaha merangsang
siswa melakukan proses penemuan (discovery) didepan kelas. Guru
mengajukan suatu masalah, dan kemudian memecahkan masalah-masalah tersebut
melalui discovery. Caranya adalah mengajukan pertanyaan kepada kelas,
memberikan kesempatan kepada kelas untuk melakukan refleksi. Selanjutkan guru
menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan itu. Dalam prosedur ini guru tidak
menentukan/menunjukkan aturan-aturan yang harus digunakan oleh siswa. Guru
mengharapkan agar siswa secara keseluruhan berhasil melibatkan dirinya dalam
proses pemecahan masalah, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya
secarareflektif. Dalam eadaan ini, sesungguhnya tidak ada jaminan bahwa adanya
penyajian oleh guru. Penggunaan discovery dalam kelompok kecil sangat
bergantung pada kemampuan dan pengalaman guru sendiri, serta waktu dan
kemampuan mengantisifikasi kesulitan siswa.
2.
System dua arah.
melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru.
Siswa melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka kearah yang
tepat/benar. Sekalipun di dalam kelas yang terdiri dari 20-3o orang siswa.
Hanya beberapa orang saja yang benar-benar melakukan discovery, sedangkan yang
lainnya berpartisipasi dalam proses discovery misalnya dalam system ceramah
reflektif. Dalam kelompok yang lebih kecil, guru dapat melibatkan hamper semua
siswa dalam prose situ. Dalam system ini guru perlu memilki keterampilan
memberikan bimbingan, yakni mendiagnosis kesulitan –kesulitan siswa dan
memberikan bantuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Namun demikian,
tidak berarti guru menggunakan metode ceramah reflektif sebagaimana halnya pada
strategi diatas.
Adapun
Menurut Ahmad Sabri pendekatan ini merupakan pendekatan mengajar yang mberusaha
meletakkan dasar dan mengembangan berpikir cara ilmiah. Pendekatan ini
menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam
memecahkan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subyek yang belajar.
Peranan guru dalam pendekatan ini adalah pembimbing belajar dan fasilitator
belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada
kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Tiugas beriutnya dari guru adlah
menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam memecahkan masalah. Sudah tentu
bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan, namun campur tangan
interverensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah, harus dikurangi.
Pendekatan
ini merupakan pendekatan modern, yang sangat didambakan untuk dilaksanakann
disetiap sekolah. Adanya tuduhan sekolah menciptakan kultur bisu, tiak akan
terjadi apabila pendekatan inidigunaka. Selanjutnya Ahmad Sabri menambahkan
bahwa ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pendekatan ini.
a) Guru harus terampil memilih persoalan
yang relavan untuk diajukan kepada kelas (persoalan yang bersumber dari bahan
pelajaran yang menantang siswa/problematik) dan sesuai dengan nalar siswa.
b)
Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan
penciptaan situasi belajar yang menyenangkan.
c)
Adanya faslitas dan sumber belajar yang cukup lengkap
sehingga dapat memfalisitsi pendekatan ini.
d)
Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya dan
berdiskusi.
e)
Partisipasi seto\iap siswa dalam setiap kegiatan belajar,
dan
f) Guru tidak banyak campurtangan dan
intervensi terhadap kegiatan siswa.
Serta
ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pendekatan ini, yakni:
a) Merumuskan masalah untuk dipecahkan
siswa.
b)
Menetapkan jawaban sementara atau yang lebih lebih dikenal
dengan istilah hipiotesis.
c)
Siswa mencari informasi, data fakta yang diperlukan untuk
menjawab permasalahn atau hipotesis.
d)
Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi.
e) Mengaplikasikan kesimpulan atau
generalisasi dalam situasi baru.
Dari
beberapa penjelasan para pakar tentang bagaimana pengaplikasian konsep penemuan
menurut Jerome Bruner diatas, tentu dapat dipahami bahwa ada beberapa hal yang
benar-benar harus disiapkan dalam pengaplikasian. Karena konsep ini dalam
pengpliksiannya di dalam pembelajaran memerlukan persiapan dari segi fsilitas,
guru dan juga muridnya.
Penerapan Model Kognitif dalam pembelajaran:
Belajar
|
Karakteristik Teori
|
Penerapan Dalam pembelajaran
|
Kognitif Bruner
|
Model ini
sangat membebaskan peserta didik untuk belajar sendiri. Teori ini mengarahkan
peserta didik untuk belajar secara discovery learning.
|
1. Menentukan
tujuan-tujuan instruksional
2.
Memilih materi pelajaran
3.
Menentukan topik-topik yang akan dipeserta
didiki
4.
Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi dsbnya., yang dapat digunakan peserta
didik untuk bahan belajar
5.
Mengatur topik peserta didik dari konsep yang paling kongkrit ke yang
abstrak, dari yang sederhana ke kompleks
6.
Mengevaluasi proses dan hasil
belajar
|
Bermakna Ausubel
|
Dalam
aplikasinya menuntut peserta didik belajar secara deduktif (dari umum ke
khusus) dan lebih mementingkan aspek struktur kognitif peserta didik
|
1. Menentukan
tujuan-tujuan instruksional
2. Mengukur kesiapan
peserta didik (minat, kemampuan, struktur kognitif)baik melalui tes awal,
interviw, pertanyaan dll.
3. Memilih materi
pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci
4. Mengidentifikasikan
prinsip-prinsip yang harus dikuasai peserta didik dari materi tsb.
5. Menyajikan suatu
pandangan secara menyelurh tentang apa yang harus dikuasai pesertadidik
6. Membuat dan
menggunakan “advanced organizer” paling tidak dengan cara membuat rangkuman
terhadap materi yang baru disajikan, dilengkapi dengan uraian singkat yang
menunjukkan relevansi (keterkaiatan) materi yang sudah diberikan dengan yang
akan diberikan
7. Mengajar peserta
didik untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan
dengan memberi fokus pada hubungan yang terjalin antara konsep yang ada
8. Mengevaluasi proses
dan hasil belajar
|
KESIMPULAN
Menurut Bruner perkembangan kognetif seseorang terjadi
melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu tahap
enaktif, ikonik dan simbolik yaitu, tahap enaktif, tahap ikonik dan tahap simbolik.
Ada tiga tahapan konsep penemuan
Jerome Bruner tersebut saling berkaitan. Yaitu:
1. Tahap informasi (tahap penerimaan
materi)
2.
Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
3. Tahap evaluasi (tahap penilaian
materi)
Secara umum terdapat dua ciri konsep
belajar penemuan Jerome Bruner ini, yaitu:
1. Tentang (discovery) itu sendiri
merupakan ciri umum dari teori Bruner ini, diamana teori ini mengarahkan agar
peserta didik mendiri dalam menemukan, mengolah, memilah dan dan mengembangkan.
Berbeda dengan teori yang lain seperti teori, behavioristik yang belajar
berdasarkan pengalaman tidak memperhatikan aspek kognitifnya seperti teori
discovery Bruner ini.
2. Konsep kurikulum spiral merupakan
cirri khas dari teori discovery Jerome Bruner ini. Dimana dalam teorinya di
tuntut adanya pengulangan-pengulangan terhadap penegetahuan yang sama namun
diulang dengan pembahsan yang lebih luas dan mendalam.
Kelebihan dan kelemahan konsep ini
yaitu belajar mengajar konsep ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang
bersifat kognetif. Kelemahannya adalah memakan waktu yang cukup banyak, dan
kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjerumus kepada kekacauan
dan kekaburan atas materi yang dipelajari
Impliklasi
konsep belajar discovery dalam pembelajaran yaitu: Simulation, Problem
Statement, Data collection, Data prossesing, Verfication, atau pembuktian.
Generalization.
DAFTAR
PUSTAKA
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta,
Rienika Cipta, 2005.
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta, PT.
Rineka Cipta, 2005.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta,
PT. Rineka Cipta, 2008
Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, PT.
Rineka Cipta, 2002.
http://arifwidiyatmoko.wordpress.com/2008/07/29/%E2%80%9Djerome-bruner-belajar-penemuan%E2%80%9D/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar