Selasa, 18 November 2014

makalah education for children (pendidikan bagi anak)



BAB I
PENDAHULUAN

A.            Latar belakang masalah
Saat itu di pagi hari yang cerah,embun menetes di daun, kulihat keindahan Mu disana sejuk damaikan hatiku,dengan tetesan embun dengan suasana pagi yang sejuk dan bersih terhirup dan mengisi ruang paru-paruku.
Sinar matahari mulai menjilati pepohonan, basah embun mulai menguap, uap air melayang di udara pagi senantiasa membawa kesejukan dan berjuta keindahan dan tidak terasa aku terlalu menikmati keindahan itu, waktu sudah menunjukkan jam 06.30 terlihat segerombolan anak dengan penuh canda tawa berpakaian rapi dengan memakal seragam tuk pergi ke sekolah.
Dunia anak-anak merupakan dunia yang sangat menyenangkan, sangat berkesan dan suatu masa yang tak pernah terlupakan. Dimana saat di manja oleh orang tua, kehangatan saat bersama orangtua dan saudara sangat terasa. Saatnya belajar sesuatu yang sebelumnya belum pernsh di lakukan untuk menempuh dunia pendidikan. Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral.
Sayangnya, sekalipun institusi-institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi tersebut masih belum  memproduksi individu-individu yang beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan. Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup dengan nilai-nilai kebaikan, spiritual dan moralitas seperti terabaikan. Bahkan kondisi sebaliknya yang terjadi.
Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali pendidikan di usia dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini. Berdasarkan berbagai penelitian bahwa usia dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan. Selain  itu pendidikan di usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar anak dalam menerima proses pendidikan di usia-usia berikutnya.
Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama sebelumnya. Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-hambaNya. Dengan agama Islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhoi Islam sebagai agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada suatu agama pun yang diterima selain Islam. Allah ta’ala berfirman,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً
“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan Aku pun telah ridha Islam menjadi agama bagi kalian.” (QS. Al Maa’idah: 3)
            Salah satu tujuan di turunkan agama islam adalah memperbaiki akhlaq manusia, akhlaq hanya dapat di perbaiki dengan proses pendidikan, baik formal maupun informal. Akhlaq harus ditanamkanmulai pada usia dini, dan pada saat itu pula kita harus membiasakan diri kita untuk berakhlaq dengan baikitu menjadi kepribadian yang melekat kelak pada dirinya sebab bila telah dewasa dan terbiasa dengan akhlaq buruk maka sulit untuk meluruskan dan memperbaikinya1.
            Mengkaji makna pendidikan anak menurut Islam dengan seluruh aspeknya merupakan  kewajiban setiap muslim, mempelajari berbagai hal, baik ilmu aqidah, syariah maupun muamalah merupakan rangkuman pokok-pokok ajaran agama Islam. Karena itu, penulis akan menggali khasanah ilmu pendidikan dalam pandangan Islam, baik pengertian, tujuan ataupun  ruang lingkup pendidikan menurut ajaran Islam.
B.  Rumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas,maka rumusan masalahnya yang akan di pelajari dalam penyusunan makalah ini adalah:
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang akan dipelajri dalam penyusunan makalah ini adalah:
1.      Apakah yang dimaksud dengan pendidikan anak dan Islam?
2.      Bagaimana pandangan Islam terhadap pendidikan anak?
3.      Bagaimana pengertian, tujuan dan ruang lingkup pendidikan anak menurut Islam?



 

1Al-Ustadz umar baradja “bimbingan akhlaq bagi putra putri anda 2 (terjemahan akhlaq lil banaat)”Pustaka progresif,Surabaya dzul qi’dah 1413 H / Mei 1993 M Halaman.12



C. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah yang yang bertema tentang pandangan Islam terhadap pendidikan ini adalah:
1.      Mengetahui makna dan pengertian Islam dan pendidikan anak.
2.      Mengkaji pandangan Islam terhadap pendidikan anak.
3.      Mengkaji pengertian, tujuan dan ruang lingkup pendidikan anak menurut Islam?

D.       Metode dan Teknik Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif analitik, yakni dengan mengungkapkan masalah-masalah yang dikaji dan kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori yang ada  dan pengetahuan penulis.
Adapun teknis penulisan yang digunakan adalah kajian kepustakaan terhadap berbagai literatur aqidah, dan penelitian.
E.        Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I   Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan dan tujuan
Penulisan, metode dan teknik penulisan serta sistematika penulisan.
Bab II  Pembahasan materi, yang berisi tentang pandangan Islam terhadap pendidikan anak, yang mencakup pengertian, tujuan dan Ruang lingkup pendidikan anak menurut Islam,Hubungan anak dengan orangtua dalam dunia pendidikan menurut islam
Bab III Penutup, berisi kesimpulan.

BAB II

PENDIDIKAN UNTUK ANAK MENURUT ISLAM DI ERA GLOBALISASI

 

A.       Pengertian
Menurut istilah psikologi bahwa pendidikan adalah proses menumbuhkembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran. Adanya kata pengajaran itu sendiri berarti adanya suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang sebut dengan belajar.
Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa” “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Sedangan fungsi pendidikan nasional adalah: “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 

Kata Islam merupakan penyataan kata nama yang berasal dari akar triliteral s-l-m, dan didapat dari tatabahasa bahasa Arab Aslama, yaitu bermaksud "untuk menerima, menyerah atau tunduk." Dengan demikian, Islam berarti penerimaan dari dan penundukan kepada Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya, dan menghindari politheisme. Perkataan ini memberikan beberapa maksud dari al-Qur’an. Dalam beberapa ayat, kualitas Islam sebagai kepercayaan ditegaskan: "Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam... Ayat lain menghubungkan Islām dan dīn (lazimnya diterjemahkan sebagai "agama"): "...Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu." Namun masih ada yang lain yang menggambarkan Islam itu sebagai perbuatan kembali kepada Tuhan-lebih dari hanya penyataan pengesahan keimanan.
B.        Tujuan Pendidikan Anak Menurut Islam
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, di Satuan pendidikan nonformal penyelenggara pendidikan kesetaraan maupun masyarakat.
Pendidikan dalam pandangan Islam dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari tujuan pendidikan. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Pendidikan dalam pandangan agama Islam juga diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul  dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan menurut Islam dalam membentuk seorang muslim yang mampu melaksanakan kewajibannya kepada Allah, sebagaimana firman allah yang artinya, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56). Maksud dari kata menyembah di ayat ini adalah mentauhidkan Alloh dalam segala macam bentuk ibadah sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhu, seorang sahabat dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Alloh saja. Tidaklah mereka diciptakan untuk menghabiskan waktu kalian untuk bermain-main dan bersenang-senang belaka. Sebagaimana firman Alloh,
“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian.” (Al Anbiya: 16-17).
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”(Al-Mu’minun: 115)
Sehingga jelas bahwa tujuan pendidikan dalam Islam harus terkait dengan tujuan penciptaan manusia itu sendiri di dunia ini, yakni menyembah Allah dengan segala aspeknya ibadahnya, baik yang berhubungan dengan Allah, sesama manusia maupun dengan lingkungannya. Ibadah yang juga berhubungan dengan masalah ukhrowi (akherat) maupun masalah dunia (ilmu dunia).
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral.
Sayangnya, sekalipun institusi-institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi tersebut masih belum  memproduksi individu-individu yang beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan. Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup dengan nilai-nilai kebaikan, spiritual dan moralitas seperti terabaikan. Bahkan kondisi sebaliknya yang terjadi.
Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah menjadi industri bisnis, yang memiliki visi dan misi yang pragmatis. Pendidikan diarahkan untuk melahirkan individu-individu pragmatis yang bekerja untuk meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang akan memakmuran diri, perusahaan dan Negara. Pendidikan dipandang secara ekonomis dan dianggap sebagai sebuah investasi. “Gelar” dianggap sebagai tujuan utama, ingin segera dan secepatnya diraih supaya modal yang selama ini dikeluarkan akan menuai keuntungan. Sistem pendidikan seperti ini sekalipun akan memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan mereka sebagai individu-individu yang beradab.
Pendidikan yang bertujuan pragmatis dan ekonomis sebenarnya merupakan pengaruh dari paradigma pendidikan Barat yang sekular. Dalam budaya Barat sekular, tingginya pendidikan seseorang tidak berkorespondensi dengan kebaikan dan kebahagiaan individu yang bersangkutan. Dampak dari hegemoni pendidikan Barat terhadap kaum Muslimin adalah banyaknya dari kalangan Muslim memiliki pendidikan yang tinggi, namun dalam kehidupan nyata, mereka belum menjadi Muslim-Muslim yang baik dan berbahagia. Masih ada kesenjangan antara tingginya gelar pendidikan yang diraih dengan rendahnya moral serta akhlak kehidupan Muslim. Ini terjadi disebabkan visi dan misi pendidikan yang pragmatis.
Sebenarnya, agama Islam memiliki tujuan yang lebih komprehensif dan integratif dibanding dengan sistem pendidikan sekular yang semata-mata menghasilkan para anak didik yang memiliki paradigma yang pragmatis.
Tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah mencari ridha Allah swt. Dengan pendidikan, diharapkan akan lahir individu-indidivu yang baik, bermoral, berkualitas, sehingga bermanfaat kepada dirinya, keluarganya, masyarakatnya, negaranya dan ummat manusia secara keseluruhan. Disebabkan manusia merupakan fokus utama pendidikan, maka seyogianyalah institusi-institusi  pendidikan memfokuskan kepada substansi kemanusiaan, membuat sistem yang mendukung kepada terbentuknya manusia yang baik, yang menjadi tujuan utama dalam pendidikan.
Dalam pandangan Islam, manusia bukan saja terdiri dari komponen fisik dan materi, namun terdiri juga dari spiritual dan jiwa. Oleh sebab itu, sebuah institusi pendidikan bukan saja memproduksi anak didik yang akan memiliki kemakmuran materi, namun juga yang lebih penting adalah melahirkan individu-individu yang memiliki diri yang baik sehingga mereka akan menjadi manusia yang serta bermanfaat bagi ummat dan mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Institusi pendidikan perlu mengarahkan anak didik supaya mendisiplinkan akal dan jiwanya, memiliki akal yang pintar dan sifat-sifat dan jiwa yang baik, melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik dan benar, memiliki pengetahuan yang luas, yang akan menjaganya dari kesalahan-kesalahan, serta memiliki hikmah dan keadilan.
Oleh sebab itu juga, ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam institusi pendidikan seyogianya dibangun di atas Wahyu yang membimbing kehidupan manusia. Kurikulum yang ada perlu mencerminkan memiliki integritas ilmu dan amal, fikr dan zikr, akal dan hati. Pandangan hidup Islam perlu menjadi paradigma anak didik dalam memandang kehidupan.
Dalam Islam, Realitas dan Kebenaran bukanlah  semata-mata fikiran tentang alam fisik dan keterlibatan manusia dalam sejarah, sosial, politik dan budaya sebagaimana yang ada dalam konsep Barat sekular mengenai dunia, yang dibatasi kepada dunia yang dapat dilihat. Realitas dan kebenaran didasarkan kepada dunia yang nampak dan tidak nampak; mencakup dunia dan akhirat, yang aspek dunia harus dikaitkan dengan aspek akhirat, dan aspek akhirat memiliki signifikansi yang terakhir dan final. (Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to the Metaphysics of Islam).
Jadi, institusi pendidikan Islam perlu mengisoliir pandangan hidup sekular-liberal yang tersurat dan tersirat dalam setiap disiplin ilmu pengetahuan modern saat ini, dan sekaligus memasukkan unsur-unsur Islam setiap bidang dari ilmu pengetahuan saat ini yang relevant. Dengan perubahan-perubahan kurikulum, lingkungan belajar yang agamis, kemantapan visi, misi dan tujuan pendidikan dalam Islam, maka institusi-institusi pendidikan Islam akan membebaskan manusia dari kehidupan sekular menuju kehidupan yang berlandaskan kepada ajaran Islam.
Institusi–institusi pendidikan sepatutnya  melahirkan individu-individu yang baik, memiliki budi pekerti, nilai-nilai luhur dan mulia, yang dengan ikhlas menyadari tanggung-jawabnya terhadap Tuhannya, serta  memahami dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya kepada dirinya dan yang lain dalam masyarakatnya, dan berupaya terus-menerus untuk mengembangkan setiap aspek dari dirinya menuju kemajuan sebagai manusia yang beradab.

C.       Ruang Lingkup Pendidikan Anak Menurut Islam
Adapun Ruang lingkup pendidikan anak menurut secara garis besar dibagi menjadi 5, yaitu:
1.      Pendidikan Keimanan
Tujuan pendidikan dalam Islam yang paling hakiki adalah mengenalkan peserta didik kepada Allah SWT. Mengenalkan dalam arti memberikan pembelajaran tentang keesaan Allah, kewajiban manusia terhadap Allah dan aspek-aspek aqidah lainnya. Dalam hal ini dapat dikaji dari nasehat Luqman kepada anaknya yang digambarkan Allah dalam firmannya:
Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberikan pelajaran kepadanya:”hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesengguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang nyata.” (Q.S 31:13)
Kemudian bagaimana cara mengenalkan Allah SWT dalam kehidupan peserta didik melalui proses pendidikan, antara lain:
a)      Menciptakan hubungan yang hangat dan harmonis
b)      Jalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak, bertutur kata lembut, bertingkah laku positif. Hadits Rasulullah : “cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka…:” (H.R Bukhari) serta Barang siapa mempunyai anak kecil, hendaklah ia turut berlaku kekanak-kanakkan kepadanya.”    (H.R Ibnu Babawaih dan Ibnu Asakir)
c)      Menghadirkan sosok Allah melalui aktivitas rutin
d)     Seperti ketika kita bersin katakan alhamdulillah. Ketika kita memberikan uang jajan katakan bahwa uang itu titipan Allah jadi harus dibelanjakan dengan baik seperti beli roti.
e)      Memanfaatkan momen religius
f)       Seperti Sholat bersama, tarawih bersama di bulan ramadhan, tadarus, buka shaum bersama.
g)      Memberi kesan positif tentang Allah
h)      Kenalkan sifat-sifat baik AllahJangan mengatakan “ nanti Allah marah kalau kamu berbohong” tapi katakanlah “ anak yang jujur disayang Allah”.
i)        Beri teladan
j)        Anak akan bersikap baik jika orang tuanya bersikap baik karena anak menjadikan orang tua model atau contoh bagi kehidupannya.
hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”.(Q.S 61:2-3)
k)      Kreatif dan terus belajar
l)        Sejalan dengan perkembangan anak. Anak akan terus banyak memberikan pertanyaan. Sebagai orang tua tidak boleh merasa bosan dengan pertanyaan anak malah kita harus dengan bijaksana menjawab segala pertanyaannya dengan mengikuti perkembangan anak.
 2. Pendidikan Akhlak
Allah mengutus Nabi Muhammad kepada umat manusia adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Dalam proses pendidikan terdapat hadits dari Ibnu Abas bahwa Rasulullah pernah bersabda: “… Akrabilah anak-anakmu dan didiklah akhlak mereka.”, begitu juga Rasulullah saw bersabda: ”Suruhlah anak-anak kamu melakukan shalat ketika mereka telah berumur tujuh tahun dan pukullah mereka kalau meninggalkan ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud).
Bagaimana cara megenalkan akhlak kepada anak melalui proses pendidikan, antara lain:
a)      Penuhilah kebutuhan emosinya
Dengan mengungkapkan emosi lewat cara yang baik. Hindari mengekspresikan emosi dengan cara kasar, tidak santun dan tidak bijak. Berikan kasih saying sepenuhnya, agar anak merasakan bahwa ia mendapatkan dukungan. Hadits Rasulullah : “ Cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka …:” (H.R Bukhari)

b)      Memberikan pendidikan mengenai yang haq dan bathil
Sebagaimana firman Allah yang artinya:Dan janganlah kamu campur adukan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui .”(Q.S 2:42) Seperti bahwa berbohong itu tidak baik, memberikan sedekah kepada fakir miskin itu baik.
c)      Memenuhi janji
Dalam hal ini Hadits Rasulullah berbunyi:”…. Jika engkau menjanjikan sesuatu kepada mereka, penuhilah janji itu. Karena mereka itu hanya dapat melihat, bahwa dirimulah  yang memberi rizki kepada mereka.” (H.R Bukhari)
d)     Meminta maaf jika melakukan kesalahan
e)      Meminta tolong/ mengatakan tolong jika kita memerlukan bantuan.
3. Pendidikan intelektual
Menurut kamus Psikologi istilah intelektual berasal dari kata intelek yaitu proses kognitif/berpikir, atau kemampuan menilai dan mempertimbangkan. Pendidikan intelektual ini disesuaikan dengan kemampuan berpikir anak. Menurut Piaget seorang Psikolog yang membahas tentang teori perkembangan yang terkenal juga dengan Teori Perkembangan Kognitif mengatakan ada 4 periode dalam perkembangan kognitif manusia, yaitu:
a.       Periode 1, 0 tahun – 2 tahun (sensori motorik)
Mengorganisasikan tingkah laku fisik seperti menghisap, menggenggam dan memukul pada usia ini cukup dicontohkan melalui seringnya dibacakan ayat-ayat suci al-Quran atau ketika kita beraktivitas membaca bismillah.
b.      Periode 2, 2 tahun – 7 tahun (berpikir Pra Operasional)
Anak mulai belajar untuk berpikir dengan menggunakan symbol dan khayalan mereka tapi cara berpikirnya tidak logis dan sistematis.
Seperti contoh nabi Ibrahim mencari Robbnya.
c.       Periode 3, 7 tahun- 11 tahun (Berpikir Kongkrit Operasional)
Anak mengembangkan kapasitas untuk berpikir sistematik
Contoh : Angin tidak terlihat tetapi dapat dirasakan begitu juga dengan Allah SWT tidak dapat dilihat tetapi ada ciptaannya.

d.      Periode 4, 11 tahun- Dewasa (Formal Operasional)
Kapasitas berpikirnya sudah sistematis dalam bentuk abstrak dan konsep
4.  Pendidikan fisik
Dengan memenuhi kebutuhan makanan yang seimbang, memberi waktu tidur dan aktivitas yang cukup agar pertumbuhan fisiknya baik dan mampu melakukan aktivitas seperti yang disunahkan Rasulullah:  Ajarilah anak-anakmu memanah, berenang dan menunggang kuda.” (HR. Thabrani)
5.  Pendidikan Psikis
            Dalam hal ini Allah berfirman: “Dan janganlah kamu bersifat lemah dan jangan pula berduka cita, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. 3:139)*
            Upaya dalam melaksanakan pendidikan psikis terhadap anak antara lain :
a)       Memberikan kebutuhan emosi, dengan cara memberikan kasih saying, pengertian, berperilaku santun dan bijak.
b)       Menumbuhkan rasa percaya diri
c)       Memberikan semangat tidak melemahkan
D.    Tiga Tahapan Pendidikan Anak menurut Islam
Menurut sahabat Ali bin Abitahalib ra, pendidikan anak dapat dibagi menjadi 3 tahapan/ penggolongan usia, yaitu:
1.      Tahap BERMAIN (“la-ibuhum”/ajaklah mereka bermain), dari lahir sampai kira-kira 7 tahun.
2.      Tahap PENANAMAN DISIPLIN (“addibuhum”/ajarilah mereka adab) dari kira-kira 7 tahun sampai 14 tahun.
3.      Tahap KEMITRAAN (“roofiquhum”/jadikanlah mereka sebagai sahabat) kira-kira mulai 14 tahun ke atas.


*Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi Restu, 1976;
Ketiga tahapan pendidikan ini mempunyai karakteristik pendekatan yang berbeda sesuai dengan perkembangan kepribadian anak yang sehat. Begitulah kita coba memperlakukan mereka sesuai dengan sifat-sifatnya dan tahapan hidupnya.
E. Hubungan orang tua dengan anak menurut islam
            "Kami telah diperintahkan pada kebaikan manusia untuk orang tuanya:.. Dalam rasa sakit itu ibunya menanggung dia, dan kesakitan dia memberinya Kelahiran membawa anak untuk menyapih nya adalah tiga puluh bulan hingga bila ia mencapai usia penuh kekuatan dan mencapai empat puluh tahun, katanya, "Ya Tuhanku! Berilah aku agar aku dapat mensyukuri nikmat Anda yang Anda telah diberikan kepada saya, dan pada kedua orang tua saya, dan bahwa saya dapat bekerja kebenaran seperti Anda dapat menyetujui, dan mengasihani aku dalam masalah saya. Sesungguhnya telah aku berpaling untuk Anda dan benar-benar saya tunduk pada Anda dalam Islam. "-Qur'an 46:15
Mereka itulah dari siapa Kita akan menerima yang terbaik dari perbuatan mereka dan lulus dengan perbuatan buruk mereka: mereka akan menjadi salah satu penghuni surga pada: janji kebenaran, yang dibuat untuk mereka. Paradise, memegang janji sejati yang telah diberikan mereka. -Qur'an 46,15-16
Tuhanmu telah menetapkan ... bahwa Anda berbuat baik kepada orang tua. Apakah satu atau keduanya mencapai usia tua dalam seumur hidup Anda, jangan katakan kepada mereka kata-kata penghinaan, atau mengusir mereka, tapi alamat mereka dalam hal kehormatan. Dan, dari kebaikan, lebih rendah kepada mereka sayap kerendahan hati, dan berkata, "Tuhanku! Melimpahkan rahmat-Mu pada mereka bahkan saat mereka dihargai saya di masa kecil." -Qur'an 17,23
Salah satu teman bertanya, "O Rasul Allah! Siapakah orang worthiest pertimbangan saya?" Dia menjawab, "Ibumu." Dia bertanya lagi, "Dan kedua untuk ibu saya?" Nabi berkata, "Ibumu." Pendamping bersikeras, "Lalu?" Rasulullah berkata, "Setelah ibumu, ayahmu." -Hadits dari Bukhari dan Muslim
Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya dengan cara instruksi, "Menetapkan Hai anakku! Ibadah dan memerintahkan kebaikan dan kejahatan melarang,
dan bertahan, apa pun yang mungkin menimpa Anda. Lo! itu adalah hal heartof sabar. "-Qur'an 31,17
Dalam sebuah keluarga, orang tua bertanggung jawab untuk kesejahteraan anak-anak dan menawarkan anak-anak sebuah cinta, merangkul tanpa syarat yang menghadap dan mengkompensasi kelemahan mereka. Melalui teladan mereka, mereka mengajar anak-anak mereka nilai-nilai dasar dan sikap yang
mereka akan melakukan sepanjang hidup. Anak-anak, pada gilirannya, menghormati orang tua mereka sebagai sumber yang sangat mereka ini, sebagai guru mereka, dan sebagai orang-orang yang telah bekerja keras dan berkorban demi mereka. Ketika mereka tumbuh, mereka harus bertanggung jawab untuk merawat orang tua mereka di usia tua mereka. Tanggung jawab ini relatif tidak harus dilakukan sebagai masalah tugas, melainkan muncul dari dorongan spontan dari kasih orang tua dan rasa terima kasih anak-anak dan hormat. Ini adalah sumbu vertikal mendefinisikan hubungan cinta dan hormat antara orang-orang yang statusnya berbeda dan tanggung jawab yang berbeda.
Al-Ghazali Views tentang Pendidikan Anak
Menurut Al-Ghazali, "ada pengetahuan berpotensi dalam jiwa manusia seperti benih di dalam tanah; dengan mempelajari potensi menjadi aktual."
Anak itu, Al-Ghazali juga menulis, `adalah kepercayaan (ditempatkan oleh Allah) di tangan orang tuanya, dan hati yang tak berdosa adalah elemen berharga mampu mengambil tayangan '.
Jika orang tua, dan kemudian para guru, membawa Dia dalam kebenaran ia akan hidup bahagia di dunia ini dan berikutnya dan mereka akan diberi pahala oleh Allah karena perbuatan baik mereka. Jika mereka mengabaikan pendidikan anak dan pendidikan ia akan menjalani hidup ketidakbahagiaan dalam kedua dunia dan mereka akan menanggung beban dosa kelalaian.
Orang tua juga harus membantu dalam mengatasi dislektika anak, mempunyai anak yang kesulitan dalam belajar ini, saya menyaran kan agar orang tua menyediakan waktu yang cukup untuk mencari cara belajar yang cocok pada anak. Cara itu hanya bias di peroleh bila orang tua cukup meluangkan waktu. Tentu saja, dalam membantu anak mengatasi kesulitannya dalam belajar untuk memenuhi pendidikannya, orang tua sulit bekerja sendiri. Mereka perlu minta bantuan ahli sekaligus bekerja sama dengan sekolah.*
Dalam keluarga dua orang tua muslim, ada, menurut definisi, dua pendidik untuk anak: ayah dan ibu. Bertentangan dengan pemikiran saat ini, peran seorang ayah tidak terbatas pada membayar tagihan dan terlibat dalam konsultasi sedikit sekarang dan kemudian.


*Nina chairani & nurachmi w,biarkan anak bicara-jakarta republika 2003 halaman 14
Ayah Muslim juga bertanggung jawab untuk pelatihan anaknya dan pendidikan. Mengenai ini, Nabi (S) berkata: Seorang ayah tidak memberi anaknya lebih baik dari pendidikan yang baik. (Mishkat, 4977, yang ditularkan oleh Tirmidzi dan Baihaqi) .Ada banyak bahan di dalam Al Qur'an dan hadits mendorong belajar dan memperoleh pengetahuan secara umum.
Proses transmisi pengaruh social dalam diri individu melalui dari dua acara, yaitu formal dan informal. Pengetahuan dan ktrampilan di pelajari oleh individu melalui proses blajar formal atau belajar yang sistematik. Hasil belajar formal itu menmpak dalam tingkah laku verbal dan tercermin dengan apa yang di pikirkan nya. Nilai-nilai dan pola tingkah laku di pelajari oleh individu melalui proses belajar informal, yaitu proses imitasi (yg sebagian besar tidak di sadarinya) dalam kontak dalm orang-orang yang berwibawa.
Corak hubungan keluarga orang tua dengan anak dalam proses mensosialisasi anak. Penelitian yang di lakukan oleh fels research institute, dapat di bedakan menjadi 3 pola:
1.     Pola menerima dan menolak, di dasarkan atas pola kemesraan pada anak
2.     Pola memiliki dan melepaskan, pola ini di dasari atas dasar ke protektifan ortu pada anak .
3.     Pola demokrasi dan otokrasi, di dasarkan atas taraf partisipasi anak dalam menentukan kegiatan-kegiatan dalam keluarga*
David levy mengadakan penelitian mengenai akibat-akibat over proteksi ibu pada anak, over proteksi ibu pada anak mempunyai dua bentuk, yaitu:
(1)  ibu mendominasi anak
(2)  ibu memanjakan anak
Anak yang di manjakan cenderung berwatak, tidak patuh, tidak dapat menahan emosi kemarahan dan memuntut orang lain secara berlebihan. Dia tidak dapat bergaul, sehingga akan terasing. Anak yang di dominasi orang tuanya cenderung memiliki watak patuh, tunduk kepada kekuasaan, pemalu dan ketinggalan dalam pegaulan dalam teman-temannya.
Diatas itu semua sekedar beberapa contoh akibat pola-pola hubungan orang tua pada anak yang juga mempengaruhi pola berfikir anak-anak dalam pendidikan.#


*Drs. H Abu Ahmadi, Sosiologi pendidikan, rineka cipta,jakarta10210 Hal.181
#st. Vembrianto, Sosiologi pendidikan, andi offset, Yogyakarta,1990, hal.52
BAB III
PENUTUP
 Kesimpulan
Dari uraian pada bab-bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1.         Menurut istilah psikologi bahwa pendidikan adalah proses menumbuhkembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran. Sedangkan Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa” “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
2.         Tujuan pendidikan menurut Islam dalam membentuk seorang muslim yang mampu melaksanakan kewajibannya kepada Allah yaitu beribadah dan menyembah Allah, sebagaimana firman allah yang artinya, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56). Menyembah Allah dengan segala aspeknya ibadahnya, baik yang berhubungan dengan Allah, sesama manusia maupun dengan lingkungannya. Ibadah yang juga berhubungan dengan masalah ukhrowi (akherat) maupun masalah dunia (ilmu dunia).
2.      Ruang Lingkup Pendidikan Menurut Islam dibagi menjadi 5, yaitu: 1) Pendidikan Keimanan, 2)  Pendidikan Akhlak, 3) Pendidikan intelektual dan 5)  Pendidikan Psikis.
3.  Menurut sahabat Ali bin Abitahalib ra, pendidikan anak dapat dibagi menjadi 3 tahapan/ penggolongan usia, yaitu: Tahap bermain(“la-ibuhum”/ajaklah mereka bermain), dari lahir sampai kira-kira 7 tahun. Tahap penanaman disiplin(“addibuhum”/ajarilah mereka adab) dari kira-kira 7 tahun sampai 14 tahun. Dan Tahapkemitraan (“roofiquhum”/jadikanlah mereka sebagai sahabat) kira-kira mulai 14 tahun ke atas
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghani Abud. 2001. Anakmu Anugerah Terindah, Mengenal Psikologi Anak. Bandung: Najma Publishing.
Dimyati Mahmud. 1989. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Terapan. Yogyakarta: BPFE.
Jamaal Abdul Rahman. 2008. Tahapan Mendidik Anak, teladan Rasululloh. Bandung: Irsyad Baitus Salam
Muhammad Nur. 1987. Muhtarul Hadis. Surabaya: Pt. Bina Ilmu.
Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka
Syed Mahmudunnasir. 1994. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Rosdakarya.
Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara
www. Perpustkaan-Islam.com
Alustadz.umar baradja.1993.bimbingan akhlaq, Surabaya : pustaka progressive
Drs.H.Abu ahmadi,2007, sosiologi pendidikan. Jakarta: rineka cipta
Nina chairani&nurrachmi w, 2003, biarkan anak bicara. Jakarta: republika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar