Selasa, 18 November 2014

kesinambungan belajar mengajar (makalah)



BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Dunia pendidikan merupakan salah satu dunia dimana seseorang dapat mengetahui hal-hal yang dapat menjadikan seseorang menjadi lebih pandai. Dalam pendidikan, seseorang menjadi bisa disebabkan oleh orang-orang yang dengan rela mengorbankan jasanya untuk kepentingan orang lain, dengan kata lain dalam dunia pendidikan seseorang tersebut adalah guru atau pengajar, maju tidaknya pengajaran disekolah tergantung pada guru.
Semakin majunya teknologi, maka semakin berat peranan guru dalam meningkatkan kualitas pengajaran terutama bagaimana guru mengelola semua rencana-rencana pembelajaran agar sesuai dengan tujuan pengajaran disekolah, karena seorang guru tidak hanya bertugas mengajarkan apa yang belum diketahui oleh murid, tetapi seorang guru juga harus dapat menciptakan suasana pembelajaran disekolah menjadi lebih baik.
Persoalannya sekarang adalah mampukah seorang guru mengantarkan anak didiknya memiliki kecakapan intelektual dan kepribadian yang prima?, Semua itu ada di tangan seorang guru bagaimana guru menerapkan metode mengajarnya kepada peserta didik untuk menciptakan pengajaran yang sesuai dengan apa yang tertuang dalam tujuan pendidikan.

B.      RUMUSAN MASALAH
Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan agar tercapainya tujuan dengan hasil yang maksimal.
Dalam makalah ini, masalah yang akan dipecahkan adalah:
1.      Apa pengertian dan pentingnya kegiatan Belajar - Mengajar?
2.      Apa saja tugas guru dalam kegiatan Belajar - Mengajar?


C.      TUJUAN PENULISAN
Tujuan merupakan langkah pertama dalam proses mencapai kesuksesan, dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian dan pentingnya kegiatan Belajar - Mengajar.
2.      Untuk mengetahui tugas-tugas guru dalam kegiatan Belajar - Mengajar.



















BAB II
PEMBAHASAN

A.      Hadits-hadits & Ayat-ayat yang Sesuai dengan Tema

1.       Pengertian dan Pentingnya Belajar – Mengajar
a.     Pengertian dan Pentingnya Belajar
Belajar adalah suatu proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi dan pengalaman untuk mencapai hasil yang optimal. Belajar juga dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan idividu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam pengertian ini terdapat kata change atau “perubahan” yang berarti bahwa seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun dalam sikapnya. Perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuannya ialah, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari bodoh menjadi pintar. Dalam aspek keterampilan ialah, dia tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil. Dalam aspek sikap ialah, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan, dari kurang ajar menjadi terpelajar. Hal ini merupakan salah satu kriteria keberhasilan belajar yang diantaranya ditandai oleh terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Tanpa adanya perubahan tingkah laku, belajar dapat dikatakan tidak berhasil atau gagal.
Perubahan tidak akan terjadi apabila tidak ada usaha dari pelajar itu sendiri. QS 13:11
Belajar sangat penting bagi kehidupan manusia, sebagaimana sabda Rasulullah saw.: Aaaarraaab hal :58 baabun

Artinya: “Satu bab dari ilmu yang dipelajari seseorang, adalah lebih baik baginya dari dunia dan isinya.”[1]
Dan belajar merupakan perintah utama dari agama Islam, hal ini tercermin pada ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah, yaitu Q.S. al-‘Alaq ayat 1-4:
 [1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.

b.     Pengertian dan Pentingnya Mengajar
Mengajar adalah menyajikan ide, problem, atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap peserta didik. Menurut Nasution (1982:8), mengajar diartikan sebagai segenap aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
Mengajar ini juga sama pentingnya dengan belajar, karena tanpa ada yang mengajar belajarpun tidak akan maksimal, walau ada sebagian kecil orang yang dapat belajar otodidak tanpa adanya seorang pengajar. Tuntutan mengajar ini telah di contohkan dalam Al-Qur’an langsung oleh Alloh SWT kepada Nabi Isa as. yaitu dalam Q.S. al-Ma’idah ayat 110, yang berbunyi:
Jadi, kegiatan belajar-mengajar itu sangat penting bagi kehidupan manusia karena di dalamnya akan membuahkan hasil yang bermanfaat bagi kedua pihak, yaitu pelajar dengan pengajar. Dan juga karena dapat menghindarkan diri dari kebodohan dan kesalahan berperilaku.
Rasulullah saw. Bersabda : (59) laa yanbaghi
Artinya: “Tak wajarlah bagi orang yang bodoh, berdiam diri di atas kebodohannya. Dan tak wajar bagi orang yang berilmu, berdiam diri atas ilmunya.”[2]
2.       Tugas-tugas Guru dalam Kegiatan Belajar - Mengajar
Seorang guru mempunyai beberapa tugas yang menentukan tercapainya tujuan yang optimal dalam kegiatan belajar - mengajar, yaitu:
1.      Berbelas kasih kepada para peserta didik dan hendaklah memperlakukan mereka seperti anak-anaknya sendiri.
Rasulullah saw. bersabda:
Artinya: “Aku ini terhadap kalian, hanyalah semisal orang tua kepada anaknya.”
Seorang Guru dalam memberikan pengajarannya kepada peserta didik harus disertai dengan sifat mengayomi, berusaha semaksimal mungkin untuk menjadikan peserta didik merasa aman dan nyaman selama kegiatan belajar – mengajar berlangsung.

2.      Hendaknya seorang Guru mengikuti syara’ Muhammad saw. sehingga ia dapat mengajarkan ilmunya bukan untuk mencari penghasilan dan tidak bertujuan mencari balas jasa, tidak pula ingin dipuji, melainkan hanya mengharap ridho Allah.
Rasulullah saw. bersabda:
Artinya: “Hai kaumku! Aku tidak meminta harta kepada kalian atas tabligh (ajaran) ini. Pahalaku hanyalah pada Allah.”

3.      Sering mengingatkan kepada peserta didik bahwa menuntut ilmu itu tujuannya ialah untuk mencari kebenaran, yaitu yang diridhoi Allah, bukan mencari kedudukan atau kebanggaan yang justru akan membawanya kepada kemurkaan Allah.

4.      Mencegah peserta didik dari buruknya akhlaq, pencegahan ini harus dilakukan dengan cara yang lembut, tidak boleh menjelek-jelekkan peserta didik.

5.      Membatasi pelajaran sesuai dengan kemampuan peserta didik. Tidak boleh memberikan pelajaran yang berada di luar kemampuan akal peserta didik.
Rasulullah saw. bersabda: nahnu
Artinya: “Kami golongan para nabi diutus untuk menempatkan manusia pada tempat-tempat mereka dan berbicara kepada mereka sesuai kadar akal mereka.”

6.      Menyampaikan ilmu yang benar kepada peserta didik, tidak boleh menyembunyikannya. Sebagaiman sabda Rasulullah saw. : man katama
Artinya: “Barangsiapa menyembunyikan ilmu yang bermanfaat, maka ia datang pada hari kiamat dalam keadaan diberi kekang dari api neraka.”
Dan juga firman Allah swt. dalam Q.S. asy-Syu’ara ayat 183, yang berbunyi:
7.      Hendaknya seorang Guru mengamalkan ilmunya, sehingga perbuatannya tidak mendustakan perbuatannya.
Rasulullah saw. bersabda: Laaa
Artinya: “Janganlah engkau melarang satu pekerti sementara itu kau sendiri melakukan semisal pekerti itu. Adalah celah besar jika engkau melakukannya.”
Dan firman Allah swt. dalam Q.S. al-Baqoroh ayat 44, yang berbunyi:

B.    Pandangan Tokoh
Hadits-hadits di atas menurut pandangan Tokoh:
1.      Muadz bin Jabal menyebutkan bahwa orang yang berakal dan mau menggunakan akalnya itu jauh lebih baik daripada orang yang berakal namun tidak mau menggunakan akalnya, ibaratnya adalah seperti pucuk pohon dengan akar pohon, yang pucuk itu tidak akan mampu dijangkau oleh akar. Orang yang diibaratkan dengan akar seperti di atas adalah orang bodoh, jika orang bodoh itu mempunyai kebaikan dan kebajikan, andaikata orang bodoh itu mempunyai kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji sawi. Berbeda dengan orang yang mau menggunkan akalnya, andaikata orang yang beakal itu mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa tersebut.
Jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya dengan cara bertaubat, dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu seperti orang yang membangun suatu bangunan dan langsung merobohkannya karena kebodohannya, ia terlalu mudah melakukan apa yang bisa merusak amal shalihnya.
2.      Muadz bin Jabal juga menyebutkan bahwa mengajarkan ilmu kepada orang yang tidak tahu adalah sedekah, yang mampu mendekatkan diri kepada Allah secara rohani.

C.     Pandangan Penulis
Hadits-hadits di atas menurut pandangan Penulis:
1.      Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Kemuliaan manusia terletak pada akal yang dianugerahi Allah. Akal ini digunakan untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya dan beribadah kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah SAW menggunakan metode pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan pendidikanlah manusia memiliki ilmu yang benar. Dengan demikian, ia terhindar dari ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah.
2.      Nilai Islam yang ditanamkan dalam individu membutuhkan tahapan-tahapan selanjutnya yang dikembangkan kepada pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia. Potensi yang dikembangkan kemudian diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan memasuki berbagai bidang kehidupan. Dalam hal ini diperlukan seorang pengajar yang mampu memberikan metode mengajarnya dengan baik. Yaitu, pengajar yang ikhlas dalam mengajar, bertanggungjawab dalam mengajar, dan mempunyai integritas mengajar untuk mewujudkan peserta didik yang berkualitas.




BAB III
PENUTUPAN

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di bab dua, maka penulis menyimpulkan bahwa kegiatan Belajar – mengajar merupakan hak dan kewajiban bagi setiap insan yang ingin menyelamatkan dirinya di dunia dan akhirat. Menuntut ilmu untuk mengajarkan pada diri sendiri dan mengajarkannya pada orang lain tidak ada istilah berhenti, semakin banyak ilmu yang kita peroleh maka kita bertanggungjawab untuk meneruskannya kepada orang lain untuk mendapatkan kenikmatan berilmu, disinilah letak kesinambungan belajar – mengajar. Selain merupakan kewajiban, kegiatan Belajar – mengajar adalah suatu usaha agar dapat memiliki ma’dzirah (alasan) untuk berlepas diri bila kelak diminta pertanggungjawaban di sisi Allah SWT., yakni kewajiban tiap-tiap manusia melakukan usaha yang optimal untuk memperbaiki diri dan mengajak orang lain pada kebenaran sesuai dengan manhaj[3] yang diajarkan Rasulullah saw.










DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Terjemah.
Tafsir Fathul Baari.
Terjemah Ihya’ Ulumuddin, Jilid 1.
Terjemah Ihya’ Ulumuddin (Menuju filsafat ilmu dan kesucian hati di bidang insan – ihsan.
Terjemah Riyadush Shalihin.
http://materitarbiyah.wordpress.com/2008/02/01/pentingnya-pendidikan-islam/


[1] HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Abdil Barr, (Waratsatul Anbiya`, hal. 18)
[2] Ihya’ Al-Ghazali, Jilid 1, hal 59
[3] Jalan yang ditempuh seorang muslim dalam memahami dan menjalankan agamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar