Ditulis untuk memenuhi
tugas matakuliah
pembelajaran TECHNO
Yang dibimbing oleh: Siti
majidah, S .Hum, M. Pd
.
oleh:
Mas’udah
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM AL-FALAH AS-SUNNIYAH
KENCONG-JEMBER
JUNI
2011
v
PERTEMUAN 1 s.d 3
A.Sejarah Politik dalam Perkembangan Bani Umayyah
Sejarah
perkembangan Islam selalu menarik untuk dijadikan bahan kajian. Dengan sejarah,
kita dapat mengetahui perkembangan Islam secara lebih detil dan mendalam.
Sejarah juga menceritakan fakta-fakta menarik yang selalu dijadikan hikmah atas
peristiwa, agar kita dapat mengambil pelajaran dan menjadikan sejarah tersebut
sebagai bahan pertimbangan kita dalam bersikap.
Pendekatan sejarah telah
menjadi sebuah perspektif dalam ilmu politik, yaitu pendekatan behavioralisme
atau pattern of political behavior (Budiardjo, 1993: 17)1. Sejarah member
analisis tentang Sebagai unit analisis, sejarah telah banyak memberi kontribusi
dalam pengembangan pemikiran politik dan menceritakan pola-pola kecenderungan
dalam perkembangan politik. Sehingga, ketika kita berbicara tentang politik,
kita juga tak dapat melepaskan diri dari sejarah yang melatarbelakanginya.
B.Garis Besar Sejarah Bani Umayyah
Sejarah
Bani Umayyah tak dapat dilepaskan dari sejarah sebelumnya, yaitu krisis
kepemimpinan yang melanda umat Islam pasca-terbunuhnya Khalifah Utsman bin
Affan r.a. Sejarah mencatat bahwa setelah terbunuhnya khalifah Utsman, bibit
konflik mulai muncul. Umat Islam mulai mengalami konflik internal antara
beberapa faksi yang ada, seperti perang Jamal antara faksi ummum mu’minin
Aisyah dan Zubair bin Awwam r.a. dengan faksi Ali.
Sebagai implikasinya,
kedudukan Muawiyah bertambah kuat hingga akhirnya ia berhasil mengonsolidasi
kekuatannya dengan mendirikan Dinasti Umayyah. Fase ini menjadi era baru bagi
pergantian kepemimpinan di tubuh umat Islam ada waktu itu. Berikut deskripsi
kepemimpinan khalifah di era Bani Umayyah.
a.Khalifah Muawiyah
ibn Abi Sufyan (661-681 M)
Muawiyah
ibn Abi Sufyan adalah pendiri Daulah Bani Umayyah dan menjabat sebagai Khalifah
pertama. Beliau adalah putera dari Abu Sufyan bin Harb, seorang pemuka suku
Quraisy yang masuk Islam pasca-fathul makkah. Muawiyah sebagai putera Abu
Sufyan kemudian terlibat dalam serangkaian aktivitas penaklukkan di era
Khalifah Abu Bakar dan Umar, serta menjadi gubernur di Syam pada era Khalifah
Utsman. Pada era tersebut, beliau berkedudukan tetap di Damaskus (sekarang
ibukota Suriah).
Namun,
dalam perspektif lain, Muawiyah memiliki kontribusi besar dalam perubahan
struktur sosial dan politik umat pada waktu itu. Muawiyah memisahkan Qadhi dan
Ulama, sehingga posisi qadhi atau hakim menjadi sebuah jabatan profesi. Beliau
juga memodernisasi militer sehingga lebih professional dalam menjalankan tugas,
kendati sering digunakan untuk menghadapi lawan-lawan politiknya.
Sebagai
respons, gubernur Mesir, Amr bin Ash menunjuk panglima Uqbah untuk menghadapi
kekuatan Barbar dan akhirnya berhasil menguasai Qairawan di Maroko sampai ke
sebelah selatan Tunisia (Manshur, 2003)8. Muawiyah meninggal Dunia dalam usia
80 tahun dan menunjuk Yazid bin Muawiyah sebagai putera mahkota.
b.Yazid ibn Muawiyah (681-683 M)
Khalifah Yazid merupakan putera
dari Muawiyah. Beliau lahir pada tahun 22 H/643 M. Pada tahun 679 M, Muawiyah
mencalonkan anaknya, Yazid, untuk menggantikan dirinya. Yazid menjabat sebagai
Khalifah dalam usia 34 tahunpada tahun 681 M. Ketika Yazid naik tahta, sejumlah
tokoh di Madinah tidak mau mengangkat bai’at kepadanya. Khalifah Yazid kemudian
mengirim surat kepada Gubernur Madinah dan memintanya untuk mengangkat bai’at
kepada Yazid beserta warga hijaz secara keseluruhan. Dengan cara ini, semua
orang terpaksa tunduk, kecuali Husein ibn Ali dan Abdullah ibn Zubair. Khalifah
Yazid meninggal pada tahun 64 H/683 M dalam usia 38 tahun dan masa
pemerintahannya ialah tiga tahun dan enam bulan.
c.Muawiyah ibn Yazid (683-684 M)
Muawiyah ibn Yazid menjabat
sebagai Khalifah pada tahun 683-684 M dalam usia 23 tahun. Berbeda dengan
ayahnya, ia bukan seseorang yang berwatak keras atau menyukai peperangan. Tak
banyak literatur yang membahas tentang Khalifah ini secara lengkap. Ia
memerintah hanya selama enam bulan, karena kelemahan posisinya secara politis,
dan menyerahkan tampuk kepemimpinan pada Marwan bin Hakam.
d.Marwan ibn Al-Hakam
(684-685 M)
Sebelumnya,
Marwan bin Hakam adalah penasehat Khalifah Utsman dan turut berada di barisan
Muawiyah ketika awal-awal dinasti Umayyah dan konflik dengaan Ali. Masa
pemerinthannya tidak meninggalkan jejak yang penting bagi perkembangan sejarah
Islam.
Hal
menarik yang patut dicatat adalah menguatnya pengaruh Abdullah bin Zubair bin
Awwam di daerah Hijaz, Nejd, dan Yaman sehingga ia berhasil mengonsolidasi
kekuatan pada era tersebut. Abdullah bin Zubeir telah bertransformasi menjadi
kekuatan penekan (pressure group) yang sangat efektif; Ia mengorganisasi
kekuatan militer di Mekkah dan Madinah serta menjadi khalifah setelah dibai’at
oleh orang-orang Hijaz.
Khalifah
Marwan bin Hakam masih belum dapat mencegah kekuatan Abdullah bin Zubeir secara
penuh. Khalifah Marwan wafat dalam usia 63 tahun dan masa pemerintahannya
selama 9 bulan 18 hari.
e.Abdul Malik ibn Marwan (685-705 M)
Abdul Malik ibn Marwan
dilantik sebagai Khalifah setelah kematian ayahnya, pada tahun 685 M. Dibawah
kekuasaan Abdul Malik, kerajaan Umayyah mencapai kekuasaan. Hal yang terlebih
dulu dilakukan oleh Khalifah Abdul Malik adalah menyatukan kembali kekuatan
politik Bani Umayyah yang sempat terpecah di era sebelumnya. Khalifah Abdul
Malik kemudian mengorganisasi kekuata militer untuk menghadapi kelompok
Abdullah bin Zubair yang menguasai Hijaz. Beliau wafat pada tahun 705 M dalam
usia yang ke-60 tahun.
f.Al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M)
Pada
masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik, telah terjadi kemapanan politik yang
mengakhiri periode transisi. Gerakan-gerakan oposisi dan kelompok penekan telah
dipadamkan sehingga kekuatan Khalifah Walid cukup kuat.
Pada
era ini, tekanan dari penduduk Hijaz telah mereda dan tidak lagi mengancam
eksistensi kekuasaan khalifah. Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi diberi kebebasan
untuk memerintah daerah Irak. Kebijakan khalifah Walid lebih berorientasi pada
ekspansi dan pengembangan sayap dakwah Islam ke wilayah-wilayah lain. Khalifah
Al-Walid memiliki bangunan sumber daya yang cukup kuat untuk melaksanakan
politik luar negerinya tersebut.
Perjuangan
panglima Thariq bin Ziad mencapai kemenangan, sehingga dapat menguasai kota
Cordoba, Granada dan Toledo yang merupakan wilayah kekuasaan Roderik, penguasa
Gothik yang memerintah wilayah Spanyol dan Portugal.
g.Sulaiman ibn Abdul Malik (715-717 M)
Sulaiman
Ibn Abdul Malik menjadi Khalifah pada usia 42 tahun. Masa pemerintahannya
berlangsung selama 2 tahun, 8 bulan. Menjelang saat terakhir pemerintahannya
beliau memanggil Gubernur wilayah Hijaz, yaitu Umar bin Abdul Aziz, yang
kemudian diangkat menjadi penasehatnya. Umar bin Abdul ‘Aziz pada dasarnya
adalah seorang ulama. Hal inilah yang menyebabkan posisinya cukup kuat di
kalangan ulama Mekkah dan Madinah, di samping faktor nasab beliau yang juga
merupakan cucu dari Khalifah Umar bin Khattab.
Pada
era pemerintahannya, penaklukan Romawi menemui kendala. Satu-satunya jasa yang
dapat dikenangnya dari masa pemerintahannya ialah menyelesaikan dan menyiapkan
pembangunan Jamiul Umawi yang terkenal megah dan agung di Damaskus.
h.Umar Ibn Abdul Aziz (717-720 M)
Umar ibn Abdul Aziz menjabat
sebagai Khalifah pada usia 37 tahun . Ia terkenal adil dan sederhana. Hepi Andi
Basthoni dalam sebuah bukunya bahkan membandingkan figur keulamaannya dengan
kepemimpinan yang merupakan warisan dari kakek beliau, Umar bin Khattab10.
Beliau adalah cucu dari Khalifah
Marwan bin Hakam (dari Bapak beliau, Abdul Aziz bin Marwan) dan sepupu dari
Sulaiman bin Abdul Malik.Akan
tetapi, prestasi beliau dalam dua tahun pemerintahan tersebut sangat berarti
dalam kepemimpinan Bani Umayyah. Beliau mengembalikan corak pemerintahan
seperti pada zaman khulafaur rasyidinBeliau meninggal pada tahun 720 M dalam
usia 39 tahun dengan meninggalkan keteladanan dan keadilan bagi segenap umat
Islam.
i.Yazid ibn Abdul Malik (720-724 M)
Periode
ini merupakan awal dari kemunduran Bani Umayyah. Khalifah Yazid III tidak dapat
melanjutkan keteladanan yang dipraktikkan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Bibit-bibit disintegrasi mulai muncul dengan pertentangan-pertentangan pada
faksi-faksi politik dan etnis yang ada pada masa itu. Masa pemerintahannya
berlangsung selama 4 tahun, 1 bulan dan beliau wafat pada usia 40 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar