Selasa, 18 November 2014

SEJARAH & POLITIK DINASTI BANI UMAYYAH





Ditulis untuk memenuhi tugas matakuliah pembelajaran TECHNO
Yang dibimbing oleh: Siti majidah, S .Hum, M. Pd

31407_127087273988299_100000610812670_197030_5909305_n












.




oleh:
Mas’udah


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-FALAH AS-SUNNIYAH
KENCONG-JEMBER
JUNI 2011



sEJARAH & POLITIK DINASTI BANI UMAYYAH



v         
PERTEMUAN 1 s.d 3
A.Sejarah Politik dalam Perkembangan Bani Umayyah
Sejarah perkembangan Islam selalu menarik untuk dijadikan bahan kajian. Dengan sejarah, kita dapat mengetahui perkembangan Islam secara lebih detil dan mendalam. Sejarah juga menceritakan fakta-fakta menarik yang selalu dijadikan hikmah atas peristiwa, agar kita dapat mengambil pelajaran dan menjadikan sejarah tersebut sebagai bahan pertimbangan kita dalam bersikap.
Pendekatan sejarah telah menjadi sebuah perspektif dalam ilmu politik, yaitu pendekatan behavioralisme atau pattern of political behavior (Budiardjo, 1993: 17)1. Sejarah member analisis tentang Sebagai unit analisis, sejarah telah banyak memberi kontribusi dalam pengembangan pemikiran politik dan menceritakan pola-pola kecenderungan dalam perkembangan politik. Sehingga, ketika kita berbicara tentang politik, kita juga tak dapat melepaskan diri dari sejarah yang melatarbelakanginya.
B.Garis Besar Sejarah Bani Umayyah
Sejarah Bani Umayyah tak dapat dilepaskan dari sejarah sebelumnya, yaitu krisis kepemimpinan yang melanda umat Islam pasca-terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan r.a. Sejarah mencatat bahwa setelah terbunuhnya khalifah Utsman, bibit konflik mulai muncul. Umat Islam mulai mengalami konflik internal antara beberapa faksi yang ada, seperti perang Jamal antara faksi ummum mu’minin Aisyah dan Zubair bin Awwam r.a. dengan faksi Ali.
Sebagai implikasinya, kedudukan Muawiyah bertambah kuat hingga akhirnya ia berhasil mengonsolidasi kekuatannya dengan mendirikan Dinasti Umayyah. Fase ini menjadi era baru bagi pergantian kepemimpinan di tubuh umat Islam ada waktu itu. Berikut deskripsi kepemimpinan khalifah di era Bani Umayyah.
a.Khalifah Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-681 M)
            Muawiyah ibn Abi Sufyan adalah pendiri Daulah Bani Umayyah dan menjabat sebagai Khalifah pertama. Beliau adalah putera dari Abu Sufyan bin Harb, seorang pemuka suku Quraisy yang masuk Islam pasca-fathul makkah. Muawiyah sebagai putera Abu Sufyan kemudian terlibat dalam serangkaian aktivitas penaklukkan di era Khalifah Abu Bakar dan Umar, serta menjadi gubernur di Syam pada era Khalifah Utsman. Pada era tersebut, beliau berkedudukan tetap di Damaskus (sekarang ibukota Suriah).
            Namun, dalam perspektif lain, Muawiyah memiliki kontribusi besar dalam perubahan struktur sosial dan politik umat pada waktu itu. Muawiyah memisahkan Qadhi dan Ulama, sehingga posisi qadhi atau hakim menjadi sebuah jabatan profesi. Beliau juga memodernisasi militer sehingga lebih professional dalam menjalankan tugas, kendati sering digunakan untuk menghadapi lawan-lawan politiknya.
            Sebagai respons, gubernur Mesir, Amr bin Ash menunjuk panglima Uqbah untuk menghadapi kekuatan Barbar dan akhirnya berhasil menguasai Qairawan di Maroko sampai ke sebelah selatan Tunisia (Manshur, 2003)8. Muawiyah meninggal Dunia dalam usia 80 tahun dan menunjuk Yazid bin Muawiyah sebagai putera mahkota.
b.Yazid ibn Muawiyah (681-683 M)
               Khalifah Yazid merupakan putera dari Muawiyah. Beliau lahir pada tahun 22 H/643 M. Pada tahun 679 M, Muawiyah mencalonkan anaknya, Yazid, untuk menggantikan dirinya. Yazid menjabat sebagai Khalifah dalam usia 34 tahunpada tahun 681 M. Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh di Madinah tidak mau mengangkat bai’at kepadanya. Khalifah Yazid kemudian mengirim surat kepada Gubernur Madinah dan memintanya untuk mengangkat bai’at kepada Yazid beserta warga hijaz secara keseluruhan. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein ibn Ali dan Abdullah ibn Zubair. Khalifah Yazid meninggal pada tahun 64 H/683 M dalam usia 38 tahun dan masa pemerintahannya ialah tiga tahun dan enam bulan.
c.Muawiyah ibn Yazid (683-684 M)
               Muawiyah ibn Yazid menjabat sebagai Khalifah pada tahun 683-684 M dalam usia 23 tahun. Berbeda dengan ayahnya, ia bukan seseorang yang berwatak keras atau menyukai peperangan. Tak banyak literatur yang membahas tentang Khalifah ini secara lengkap. Ia memerintah hanya selama enam bulan, karena kelemahan posisinya secara politis, dan menyerahkan tampuk kepemimpinan pada Marwan bin Hakam.
d.Marwan ibn Al-Hakam (684-685 M)
               Sebelumnya, Marwan bin Hakam adalah penasehat Khalifah Utsman dan turut berada di barisan Muawiyah ketika awal-awal dinasti Umayyah dan konflik dengaan Ali. Masa pemerinthannya tidak meninggalkan jejak yang penting bagi perkembangan sejarah Islam.
               Hal menarik yang patut dicatat adalah menguatnya pengaruh Abdullah bin Zubair bin Awwam di daerah Hijaz, Nejd, dan Yaman sehingga ia berhasil mengonsolidasi kekuatan pada era tersebut. Abdullah bin Zubeir telah bertransformasi menjadi kekuatan penekan (pressure group) yang sangat efektif; Ia mengorganisasi kekuatan militer di Mekkah dan Madinah serta menjadi khalifah setelah dibai’at oleh orang-orang Hijaz.
            Khalifah Marwan bin Hakam masih belum dapat mencegah kekuatan Abdullah bin Zubeir secara penuh. Khalifah Marwan wafat dalam usia 63 tahun dan masa pemerintahannya selama 9 bulan 18 hari.
e.Abdul Malik ibn Marwan (685-705 M)
Abdul Malik ibn Marwan dilantik sebagai Khalifah setelah kematian ayahnya, pada tahun 685 M. Dibawah kekuasaan Abdul Malik, kerajaan Umayyah mencapai kekuasaan. Hal yang terlebih dulu dilakukan oleh Khalifah Abdul Malik adalah menyatukan kembali kekuatan politik Bani Umayyah yang sempat terpecah di era sebelumnya. Khalifah Abdul Malik kemudian mengorganisasi kekuata militer untuk menghadapi kelompok Abdullah bin Zubair yang menguasai Hijaz. Beliau wafat pada tahun 705 M dalam usia yang ke-60 tahun.
f.Al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M)
               Pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik, telah terjadi kemapanan politik yang mengakhiri periode transisi. Gerakan-gerakan oposisi dan kelompok penekan telah dipadamkan sehingga kekuatan Khalifah Walid cukup kuat.
               Pada era ini, tekanan dari penduduk Hijaz telah mereda dan tidak lagi mengancam eksistensi kekuasaan khalifah. Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi diberi kebebasan untuk memerintah daerah Irak. Kebijakan khalifah Walid lebih berorientasi pada ekspansi dan pengembangan sayap dakwah Islam ke wilayah-wilayah lain. Khalifah Al-Walid memiliki bangunan sumber daya yang cukup kuat untuk melaksanakan politik luar negerinya tersebut.
               Perjuangan panglima Thariq bin Ziad mencapai kemenangan, sehingga dapat menguasai kota Cordoba, Granada dan Toledo yang merupakan wilayah kekuasaan Roderik, penguasa Gothik yang memerintah wilayah Spanyol dan Portugal.
g.Sulaiman ibn Abdul Malik (715-717 M)
               Sulaiman Ibn Abdul Malik menjadi Khalifah pada usia 42 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung selama 2 tahun, 8 bulan. Menjelang saat terakhir pemerintahannya beliau memanggil Gubernur wilayah Hijaz, yaitu Umar bin Abdul Aziz, yang kemudian diangkat menjadi penasehatnya. Umar bin Abdul ‘Aziz pada dasarnya adalah seorang ulama. Hal inilah yang menyebabkan posisinya cukup kuat di kalangan ulama Mekkah dan Madinah, di samping faktor nasab beliau yang juga merupakan cucu dari Khalifah Umar bin Khattab.
               Pada era pemerintahannya, penaklukan Romawi menemui kendala. Satu-satunya jasa yang dapat dikenangnya dari masa pemerintahannya ialah menyelesaikan dan menyiapkan pembangunan Jamiul Umawi yang terkenal megah dan agung di Damaskus.
h.Umar Ibn Abdul Aziz (717-720 M)
               Umar ibn Abdul Aziz menjabat sebagai Khalifah pada usia 37 tahun . Ia terkenal adil dan sederhana. Hepi Andi Basthoni dalam sebuah bukunya bahkan membandingkan figur keulamaannya dengan kepemimpinan yang merupakan warisan dari kakek beliau, Umar bin Khattab10.
               Beliau adalah cucu dari Khalifah Marwan bin Hakam (dari Bapak beliau, Abdul Aziz bin Marwan) dan sepupu dari Sulaiman bin Abdul Malik.Akan tetapi, prestasi beliau dalam dua tahun pemerintahan tersebut sangat berarti dalam kepemimpinan Bani Umayyah. Beliau mengembalikan corak pemerintahan seperti pada zaman khulafaur rasyidinBeliau meninggal pada tahun 720 M dalam usia 39 tahun dengan meninggalkan keteladanan dan keadilan bagi segenap umat Islam.
i.Yazid ibn Abdul Malik (720-724 M)
               Periode ini merupakan awal dari kemunduran Bani Umayyah. Khalifah Yazid III tidak dapat melanjutkan keteladanan yang dipraktikkan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Bibit-bibit disintegrasi mulai muncul dengan pertentangan-pertentangan pada faksi-faksi politik dan etnis yang ada pada masa itu. Masa pemerintahannya berlangsung selama 4 tahun, 1 bulan dan beliau wafat pada usia 40 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar