BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Pada
dasarnya sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki daerah
yang saling dilingkupi antara sosiologi dengan ilmu pendidikan, sosiologi
pendidikan memandang segala pendidikan dari sudut struktur social masyarakat,
oleh karma itu pendidikan sangat penting dan kita butuh pendidikan untuk masa
depan kita, bisa di bilang bekal untuk melangkah hari esok kemasa depan kita
dan menggapai cita-cita kita, serta mengubah dunia kita menjadi lebih baik dari
pad sebelumnya.
Namun
sebelumnya kita sudah dikenalkan tentang pendidikan itu pertama kali oleh
keluarga kita, karna keluarga merupakan lingkungan social pertama yang
dikenalkan pada anak,dan tempat pertama yang mengenalkan pendidikan kepada anak
baik secara langsung maupun tidak langsung , baik melalui kasih saying,
nasehat,pengarahan dan pendidikan yang diberikan pada anak sejak dini. Keluarga
sangat berperan penting dalam hidup dalam hidup seorang anak terutama dalam
pendidikan dan masa depannya, tanpa dukungan, arahan, dan semangat dari orang
tua sulit untuk anak meraih mimipinya, dan di balik kesuksesan seseorang pasti
keluargalah keluargalah yang menjadi semangat seseorang tersebut bias sukses.
Dan
kita yang sekarang bisa sekolah dan merasakan dunia pendidikan serta mandapat
dukungan penuh dari keluarga hendaknya kita jangan sampai lupa untuk selalu
bersyukur kepada tuhan dan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya
jangan sampai menyesal kelak. Kita juga bisa termotifasi dan mencontoh
semangat dari saudara-saudara kita
diluar sana yang berjuang untuk terus bersekolah meskipun faktor ekonomi
keluarga menjadi hambatan / karna keadaan fisik yang tidak sempurna. Misalnya,
Kita bisa mencontoh semangat seseorang yang saya kenal, dalam pendidikan lebih
tepatnya sekolah dia tidak mendapat
dukungan dari keluarga karna factor ekonomi keluarga dan menyuruh untuk
berhenti sekolah dan bekerja saja
seperti saudaranya yang lain namun dari semua larangan tersebut tidak membuat
semangatnya pudar dan menyerah justru semua itu ia jadikan motifasi untuk terus
sekolah dan meraih imipinya dan menunjukan pada semua orang jika pendidiakn itu
milik semua orang, dan suatuhari nanti ia ingin membuat ibunya tersenyum bagia
karna bangga padanya.
Apapun
yang akan dilakuakn seorang anak dimasa depannya itu semua berawal dari
keluarga karna kelurgalah yang pertama kali membentuk jati diri anak sebelum ia
dewasa, dan kesuksesan seoarang anak tidak akan pernah lepas dari peran orang
tua (keluarga),karna peran mereka sangat besar bagi hidup seorang anak, dan tak
bisa kita gantikan dengan apapun. Dari cerita diatas itu hanya salah satu
cerita yang bisa kita jadikan motifasi dan semangat karna diluar sana masih
banyak kisah yang bisa membuat kita tambah semangat untuk mengejar cita-cita
kita. Dan mengubah dunia kita menjadi lebih baik melalui pendidikan. Dan
membuat orang tua kita bangga karna mungkin itu yang bisa kita lakukan untuk
orang yang jasanya tidak bisa kita gantikan dengan apapun didunia ini.
B. Rumusan masalah
·
Apa yang di maksud pendidkan dalam keluarga
·
Hubungan keluarga dalam pendidikan
·
Fungsi keluarga dalam pendidikan
C. Tujuan
·
Mengetahui maksud pendidkan dalam keluarga
·
Mengerti tentang Hubungan keluarga dalam pendidikan
·
Mengetahui Fungsi keluarga dalam pendidikan
BAB I
PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN KELUARGA
Dengan perkembangan zaman
di dunia pendidikan
yang terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir
pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut
sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia.
Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara
mengungkapkan dan teori pendidikan yang
sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan
yang sesungguhnya.
Pendidikan adalah hidup
bersama dalam kesatuan tri tunggal ayah ibu dan anak,dimana terjadi pemanusiaan
anak,dengan mana dia berproses untuk akhirnya memanusia sendiri sebagai manusia
purnawan (Driyarkara. 1980 : 129).
Pendidikan adalah hidup
bersama dalam kesatuan tritunggal ayah –ibu-anak, dimana terjadi pembudayaan
anak, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bisa membudaya sendiri sebagai
manusia yang purnawan(Driyakara, 1980 : 130)
Pendidikan adalah pengaruh,
bantuan atau tuntutan yang diberikan
oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak didik.
Tujuan pendidikan
adalah menciptakan seseorang yang berkwalitas dan berkarakter sehingga memiliki
pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan
dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan.
Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala
aspek kehidupan.
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi
lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan
membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka
sebelum kelahiran.
Pendidikan
nasional adalah sebuah proses perubahan berbagai kemampuan dan derajat manusia
Indonesia ke arah yang lebih baik. Layaknya sebuah proses, pendidikan itu
merupakan ilustrasi usaha yang dilakukan secara terus menerus dari masa ke
masa.
Kalau kita menengok kembali ke belakang,
betapa ternyata proses pendidikan sudah diakui kepentingannya sejak akhir
PD II melalui Declaration of Human Right
atau Deklarasi Universal HAM. Di sana dinyatakan bahwa pendidikan merupakan hak
asasi manusia. Artinya, apapun yang menghalangi proses pendidikan itu sehingga
tidak bisa terlaksana dengan baik, maka itu artinya melanggar hak asasi
manusia.
Perjuangan bangsa Indonesia sendiripun tidak
lepas dari kegigihan para kaum terdidik yang mengupayakan adanya
kesetaraan dan peningkatan pendidikan rakyat Indonesia dengan kaum Hindia
Belanda. Adanya perjuangan ini menandakan sudah adanya penghalangan kesempatan
kepada rakyat Indonesia untuk menerima pendidikan. Dan ini juga yang kita sebut
melanggar hak asasi manusia. Tentu saja kita tidak akan melupakan jasa Ki Hajar
Dewantara.
Di masa setelah puluhan tahun kemerdekaanpun,
pendidikan nasional terus menggelindingkan rodanya. Berputar menuju menuju arah
yang lebih baik, seharusnya. Namun tidak bisa dipungkiri berputarnya roda ini
dengan banyak hambatan dan masalah. Kita harus tetap ingat bahwa pendidikan itu
hak asasi. Artinya semua orang berhak mendapatkan pendidikan dengan segala
cara. Jika itu menyusahkan, maka berarti kita sedang berjuang mendapatkan hak
asasi kita sendiri. Jika itu ternyata mudah, maka seharusnya kita menggunakan
hak kita untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya.
Menurut pasal 1 angka 1 UU Tahun 1999 tentang
HAM dan UU No 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, hak asasi manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negarag, hukum, pemerintah dan setiap
orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
engertian
keluarga/defenisi keluarga menurut Departemen Kesehatan RI (1998) :
Definisi Keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
Bagi bangsa kita perkataan “keluarga”
tadi kita kenal sebagai rangkaian perkataan-perkataan “kawula” dan “warga”.
Sebagai kita ketahui maka “ kawula” itu tidak lain artinya dari pada “abdi”
yakni “hamba”sedangkan “warga” berarti “anggota”.(K.H. Dewantara)
sedangkan
pengertian keluarga/defenisi keluarga menurut Salvicion dan Ara Celis (1989) :
Keluarga adalah dua atau
lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan
serta mempertahankan suatu kebudayaan.
B. Hubungan keluarga dalam
pendidikan
Pendidikan sudah harus dimulai sejak bayi masih dalam
kandungan. Berbagai usaha dilakukan agar dapat dikomunikasikan kepada si calon
bayi hal-hal yang menjadikannya nanti manusia yang baik dan bermutu. Dalam kebudayaan lokal di Indonesia, seperti di Jawa,
ada tradisi berupa macam-macam upacara untuk melakukan komunikasi itu.
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengetahui
bahwa pendidikan dan keluarga itu bertanggung tajab untuk mendidik anak. Selain
ASI penting dilihat dari sudut makanan dan fisik bayi, pemberian ASI juga ada hubungannya dengan faktor mental, seperti penanaman
disiplin pada bayi. Seperti memberikan ASI pada waktu tertentu dan tidak
sembarang waktu, umpama saja untuk menghentikan bayi menangis. Dengan tumbuhnya
kebiasaan tentang waktu menerima ASI dan tidak pada waktu lain pada bayi
terwujud kebiasaan mengikuti aturan orang lain. Demikian pula keteraturan waktu
dan cara mandi menimbulkan pada bayi dasar untuk hidup teratur nanti.
Makin tumbuh
besar bayi itu makin banyak hal yang dapat dilakukan untuk penyampaian nilai
kehidupan. Juga makin banyak hal dijadikan pengetahuan bayi agar daya pikirnya
makin aktif. Yang amat penting adalah cinta kasih ibu karena hal itu
menimbulkan rasa aman bagi bayi yang kemudian dapat menjadi rasa percaya diri
yang wajar. Akan tetapi tidak boleh ada tindakan yang bernada memanjakan. Tidak
ada hal yang lebih merusak masa depan anak dari pada pemanjaan. Sebaliknya bayi
“ditantang” melakukan hal-hal baru, seperti berani naik tangga ketika sudah
dapat berjalan dan tidak digotong ibu. Diberikan kesempatan untuk banyak
bermain, sebaiknya bersama-sama anak yang sebaya. Sebab itu adalah baik sekali
kalau pada umur 3 tahun anak sudah masuk dalam
kelompok main (play group) agar
mulai membiasakan diri bergaul dengan anak lain. Dalam permainan diberikan
kebebasan melakukan banyak hal, termasuk mencoret-coret gambar untuk menyatakan
perasaannya. Di rumah disiplin dipelihara terus, sehingga anak menyadari bahwa
kasih sayang tidak berarti membolehkan segala kemauan anak. Anak mulai tahu
bahwa ia bebas berbuat tetapi selalu dalam batas
tidak mengganggu ketertiban keluarga dan tidak
merugikan pihak lain. Dengan begitu sudah mulai kecil dibangun kekuatan
mentalnya. Anak dibiasakan untuk selalu mengusahakan yang terbaik.
Makin besar
anak, makin banyak pengetahuan disampaikan kepadanya dan makin banyak kemampuan
ditumbuhkan. Bersama itu anak diberi tanggungjawab yang harus dilaksanakannya.
Seperti membereskan tempat tidur sendiri, turut mengatur dan membersihkan
rumah, membantu dalam asah-asah piring sehabis makan, dan lainnya. Anak harus
memperoleh kesadaran bahwa ia mempunyai tempat dan fungsi dalam rumah tangga yang harus diselesaikan dengan
sebaik-baiknya sebelum ia bermain-main di luar rumah. Namun segala
tanggungjawab itu harus disertai kegembiraan sehingga tidak dirasakan sebagai
beban yang memberatkan hidupnya. Juga mulai ditumbuhkan rasa cinta Tanah Airnya
melalui cerita, wejangan orang tua dan ajakan wisata untuk mengenal Tanah
Airnya lebih baik.
Kebiasaan
memperoleh kasih sayang ibu dan bapak membuat anak juga sanggup memberikan
kasih sayang kepada orang lain, baik kepada saudara-saudaranya sendiri maupun
kepada orang lain di luar keluarganya.
Dalam pada
itu anak sudah mulai mengikuti pendidikan
sekolah, dimulai dengan Taman Kanak-Kanak, kemudian ke SD dan SMP. Bersamaan
dengan itu pengetahuannya makin bertambah dan timbul dorongan untuk tahu lebih
banyak menjadi makin kuat. Sebab itu di rumah anak dilayani dengan semestinya
kalau mengajukan pertanyaan. Anak bahkan didorong agar belajar yang baik di
sekolah dan kalau perlu dibantu ketika menghadapi pelajaran sekolah yang
dianggap sukar oleh anak. Anak didorong untuk berbuat paling baik, berprestasi
dalam apa pun yang dikerjakan. Juga makin disadarkan kebangsaannya melalui
ulasan mengenai keadaan bangsa dan kelilingnya. Sebaliknya, kalau menunjukkan
sikap malas dan ogah-ogahan perlu dicari sebabnya mengapa demikian. Dengan
begitu anak diusahakan menjadi orang yang dinamis tapi stabil pikiran dan
perasaannya. Ketika mulai timbul perasaan asmara di masa pubertasnya, hal itu
tidak dilarang. Melainkan ia diberi pedoman bagaimana menyalurkan perasaan itu
dalam sikap dan perbuatan yang tidak merugikan dirinya. Dalam hal ini hubungan
yang erat dengan ibu adalah amat penting.
Ketika sudah
pada usia 16 tahun anak makin dipengaruhi untuk mengembangkan vitalitasnya dan
menunjukkan prestasi dalam hal atau bidang yang
ia sukai. Tauladan orang tua untuk anak adalah penting sejak anak kecil, tetapi
terlebih penting ketika anak itu berumur 13-16 tahun dan makin kritis serta
mampu membandingkan. Penyaluran emosi yang makin kuat perlu mendapat pedoman yang
dikomunikasikan dengan baik sehingga dimengerti dan diterima anak. Kalau tidak,
maka ia akan memberontak . Dialog antara anggota keluarga
makin diperlukan. Ganjaran (reward)
terhadap perbuatan yang menonjol dan unggul harus diberikan agar menstimulasi perkembangan
lebih tinggi. Faktor patriotisme harus semakin menonjol dalam memotivasi dan mendorong perbuatan yang
berprestasi.
Ketika
menginjak umur dewasa di atas 18 tahun pendidikan
dalam keluarga pada dasarnya telah berakhir.
Anak telah menjadi manusia dewasa. Makin banyak pendidikan
diperolehnya dari luar keluarga, baik dalam masyarakat maupun di lembaga pendidikan. Meskipun begitu harus terus dipelihara hubungan orang tua dan anak yang dilandasi kasih
sayang, tauladan yang tepat dan komunikasi yang lancar untuk mendiskusikan
segala hal yang dirasakan perlu oleh anak. Namun sekarang orang tua menempatkan
diri sebagai penasehat anak dan membiasakan anak mengambil keputusannya
sendiri. Ia harus mulai sadar bahwa baik buruk kehidupannya adalah di tangannya
sendiri, sedangkan orang lain termasuk orang tua adalah penasehat. Dengan
begitu akan timbul rasa tanggungjawab yang kuat dalam
menentukan segala sesuatu dan ada kemampuan mengambil keputusan yang makin
cermat.
Tanggungjawab
atas Pendidikan Keluarga
Pendidikan dalam Keluarga adalah tanggungjawab orang tua, dengan peran
Ibu lebih banyak. Karena Ayah biasanya pergi bekerja dan kurang ada di rumah,
maka hubungan Ibu dan anak lebih menonjol. Meskipun begitu peran Ayah juga amat
penting, terutama sebagai tauladan dan pemberi pedoman, terutama soal cinta
Tanah Air dan patriotisme. Kalau anak sudah mendekat dewasa peran Ayah sebagai
penasehat juga amat penting, karena dapat memberikan aspek berbeda dari yang
diberikan Ibu. Oleh karena hubungan Ayah dan anak relatif terbatas waktunya,
terutama di hari kerja, maka Ayah harus mengusahakan agar pada hari libur
memberikan waktu lebih banyak untuk berhubungan
dengan anak.
Makin
banyaknya jumlah Ibu-bekerja (working
mother) menimbulkan persoalan tidak sedikit bagi pendidikan anak.
Sebaliknya, kalau penghasilan keluarga tergantung pada penghasilan Ayah saja
yang kurang memadai untuk kehidupan keluarga, juga akan timbul persoalan
pendidikan yang tidak sedikit. Sebab itu gejala yang makin meluas tentang
Ibu-bekerja tidak harus ditolak, tetapi dicari jalan agar tidak terjadi
kekurangan yang fatal untuk pendidikan. Salah
satu cara adalah kehadiran nenek di lingkungan keluarga.
Juga penempatan anak dalam lembaga Penitipan
Anak ketika anak itu masih kecil merupakan cara yang tidak salah, asalkan
diketahui bahwa penyelenggaraannya dilakukan oleh orang-orang yang dapat
dipercaya. Meskipun demikian, para Ibu-bekerja harus selalu mengusahakan waktu
maksimal untuk dapat berhubungan dengan anaknya.
Ada pendapat
berbeda tentang pendidikan dalam keluarga, yaitu
tentang pemberian kebebasan kepada anak. Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya
sejak permulaan diberikan kebebasan maksimal kepada anak. Dalam hal ini faktor pendidikan
kepada anak sudah berakhir sebelum anak itu dewasa. Pendapat demikian terutama
banyak ditemukan di Amerika Serikat yang kuat menganut prinsip liberalisme.
Pendapat ini menganut sikap bahwa berbagai larangan dan pedoman kepada anak
hanya menimbulkan keterbatasan pada anak untuk mengembangkan dirinya secara
wajar. Dengan begitu potensi dan bakat anak tidak dapat berkembang menjadi
kekuatan nyata.
Mungkin saja
pendapat liberal ini baik untuk anak Amerika, tetapi dalam
kebudayaan Timur dan khususnya Indonesia yang memandang kebersamaan sebagai
sumber kebahagiaan, rupanya sikap liberal itu kurang cocok. Mungkin hanya cocok
bagi keluarga yang begitu kebarat-baratan (westernized)
sehingga sudah kehilangan akarnya pada kebudayaan bangsanya sendiri. Toh dalam kenyataan terbukti bahwa keluarga yang
menerapkan pendidikan keluarga
dapat menghasilkan pribadi-pribadi yang tidak kalah mutunya dalam kehidupan
dari pribadi hasil pendidikan liberal. Hal itu
cukup banyak dibuktikan oleh orang-orang Jepang yang bergulat dalam berbagai
bidang dengan orang Amerika, termasuk dalam ilmu
pengetahuan, bisnis, olahraga dan lainnya.
Pendidikan
dalam Keluarga dapat memberikan pengaruh besar kepada karakter orang. Sebab itu
kunci utama untuk menjadikan Manusia Indonesia tidak manja dan hidup energik
terletak dalam pendidikan dalam keluarga. Kalau kita membaca pernyataan
berbagai pemimpin besar dunia, maka banyak di antara mereka memberikan nilai
penting kepada pendidikan dalam keluarga. Juga ada yang menyebutkan pengaruh
kuat dari Kakek atau Nenek. Antara lain Bung Karno selalu mengagungkan pengaruh
Ibu. Juga Ki Hadjar Dewantara mengemukakan pentingnya Pendidikan
dalam Keluarga.
Dan karakter
yang ditumbuhkan adalah faktor yang amat penting dalam kepribadian orang,
karena banyak mempengaruhi prestasi dalam berbagai bidang. Baik itu bagi
pemimpin masyarakat, olahragawan, kaum bisnis maupun para pendidik sendiri.
Ilmu pengetahuan dan kemampuan teknik adalah penting bagi pencapaian
keberhasilan, tetapi tidak akan mampu mencapai hasil maksimal kalau tidak
disertai karakter. Kita melihat sekarang keadaan masyarakat Indonesia yang
prestasinya tidak sebanding dengan kemampuan teknik dan penguasaan ilmu
pengetahun. Hal itu terutama karena pada waktu ini faktor karakter kurang
menjadi perhatian dalam penyelenggaraan pendidikan. Rendahnya patriotisme
adalah gambaran lemahnya karakter bangsa. Ini semua harus menjadi salah satu
hasil penting usaha pendidikan bangsa, baik dalam pendidikan dalam keluarga,
pendidikan sekolah maupun pendidikan dalam masyarakat. Akan tetapi karena
pendidikan pada anak paling dulu dilmulai dalam pendidikan dalam keluarga, maka
pendidikan dalam keluarga yang seharusnya memberikan landasan yang
kemudian diperkuat dan dilengkapi dalam pendidikan sekolah dan pendidikan dalam
masyarakat.
Sudah amat
perlu diadakan seruan, ajakan dan pemberian tauladan kepada para orang tua
untuk memperhatikan pendidikan yang harus mereka lakukan dalam keluarga.
Mungkin sekali banyak di antara para orang tua merasa kurang mengetahui apa
yang harus mereka lakukan. Maka sangat penting Pemerintah atau organisasi lain
mengeluarkan Buku Pedoman yang dapat menjadi pegangan bagi para orang tua dalam
melaksanakan pendidikan dalam
keluarga. Akhirnya memang tergantung pada para
orang tua sendiri apakah pedoman itu dilaksanakan atau tidak. Akan tetapi
karena secara alamiah orang tua ingin anaknya baik dan sukses, maka besar
kemungkinan mayoritas orang tua akan berusaha menerapkan pedoman itu dalam hidup mereka.
C.
Fungsi keluarga dalam pendidikan
Fungsi dan peranan keluarga, disamping
pemerintah dan masyarakat,dalam sisdiknas indonesia tidak terbatas hanya pada
pendidikan keluarga saja, akan tetapi keluarga ikut serta bertanggung jawab
terhadap pendidikan yang lainnya.khyususnya untuk pendidikan keluarga ,terdapat
beberapa ketentuan dalam UU RI NO.2 THN 1989 tentang sisdiknas yang menegaskan
fungsi dan peranan keluarga dalam pencapaian tujuan pendidikan yakni membangun
manusia indonesia seutuhnya. Pendidkan keluarga merupakan bagian dari jalur
pendidikan luar sekolah yang di selenggarakan dalam keluatga dan yang
memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan ketrampilan (pasal
10 ayat 4).
Ruang lingkup tanggung jawab pendidikan dalam lingkungan keluarga ditentukan atas
fungsi-fungsi. Menurut Nur’aeni (2010) ada 8 fungsi keluarga dalam tanggung
jawab pendidikan, yaitu :
1. Fungsi Edukasi
Fungsi edukasi terkait dengan pendidikan anak secara khusus dan pembinaan anggota keluarga pada umumnya. Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa “keluarga adalah pusat pendidikan yang utama dan pertama bagi anak”. Fungsi pendidikan amat fundamental untuk menanamkan nilai-nilai dan sistem perilaku manusia dalam keluarga.
Fungsi edukasi terkait dengan pendidikan anak secara khusus dan pembinaan anggota keluarga pada umumnya. Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa “keluarga adalah pusat pendidikan yang utama dan pertama bagi anak”. Fungsi pendidikan amat fundamental untuk menanamkan nilai-nilai dan sistem perilaku manusia dalam keluarga.
2. Fungsi
Sosialisasi
Fungsi sosialisasi bertujuan untuk mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat. Anak adalah pribadi yang memiliki sifat kemanusiaan sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Menarik untuk memaknai pendapat Karl Mannheim yang dikutip oleh MI Soelaeman (1994), bahwa “anak tidak didik dalam ruang dan keadaan yang abstrak, melainkan selalu di dalam dan diarahkan kepada kehidupan masyarakat tertentu.”. Dengan demikian anak memiliki prinsip sosialitas, disamping prinsip individualitas. Prinsip sosialitas, mengharuskan anak dibawa dan diarahkan untuk mengenali nilai-nilai sosial lingkungannya oleh orang tuanya.
Fungsi sosialisasi bertujuan untuk mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat. Anak adalah pribadi yang memiliki sifat kemanusiaan sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Menarik untuk memaknai pendapat Karl Mannheim yang dikutip oleh MI Soelaeman (1994), bahwa “anak tidak didik dalam ruang dan keadaan yang abstrak, melainkan selalu di dalam dan diarahkan kepada kehidupan masyarakat tertentu.”. Dengan demikian anak memiliki prinsip sosialitas, disamping prinsip individualitas. Prinsip sosialitas, mengharuskan anak dibawa dan diarahkan untuk mengenali nilai-nilai sosial lingkungannya oleh orang tuanya.
3. Fungsi
Proteksi
Tujuan dari fungsi proteksi yaitu untuk melindungi anak bukan saja secara fisik, melainkan pula secara psikis. Secara fisik fungsi perlindungan ditujukan untuk menjaga pertumbuhan biologisnya sehingga dapat menjalankan tugas secara proporsional. Disamping itu fungsi proteksi psikis dan spiritual yaitu dengan mengendalikan anak dari pergaulan negatif dan sikap lingkungan yang cenderung menekan perkembangan psikologinya.
Tujuan dari fungsi proteksi yaitu untuk melindungi anak bukan saja secara fisik, melainkan pula secara psikis. Secara fisik fungsi perlindungan ditujukan untuk menjaga pertumbuhan biologisnya sehingga dapat menjalankan tugas secara proporsional. Disamping itu fungsi proteksi psikis dan spiritual yaitu dengan mengendalikan anak dari pergaulan negatif dan sikap lingkungan yang cenderung menekan perkembangan psikologinya.
4. Fungsi
Afeksi
Fungsi ini terkait dengan emosional anak. Anak akan merasa nyaman apabila mampu melakukan komunikasi dengan keluarganya dengan totalitas seluruh kepribadiannya. Kasih sayang yang dicurahkan kepada anak akan memberi kekuatan, dukungan atas kehiduapn emosionalnya yang berpengaruh pada kualitas hidupnya di masa depan.
Fungsi ini terkait dengan emosional anak. Anak akan merasa nyaman apabila mampu melakukan komunikasi dengan keluarganya dengan totalitas seluruh kepribadiannya. Kasih sayang yang dicurahkan kepada anak akan memberi kekuatan, dukungan atas kehiduapn emosionalnya yang berpengaruh pada kualitas hidupnya di masa depan.
5. Fungsi
Religius
Yang dimaksud adalah fungsi keluarga untuk mengarahkan anak ke arah pemerolehan keyakinan keberagamaannya yang benar. Keluarga menjadi kendali utama yang dapat menunjukkan arah menjadi Islam yang kaffah atau sekuler.
Yang dimaksud adalah fungsi keluarga untuk mengarahkan anak ke arah pemerolehan keyakinan keberagamaannya yang benar. Keluarga menjadi kendali utama yang dapat menunjukkan arah menjadi Islam yang kaffah atau sekuler.
6. Fungsi
Ekonomis
Fungsi ini berkaitan dengan pemenuhan selayaknya kebutuhan yang bersifat materi. Secara normatif anak harus dipersiapkan agar kelak memikul tanggung jawab ekonomi keluarga, membangun kepribadian yang mandiri bukan menjadi objek pemaksaan orang tua.
Fungsi ini berkaitan dengan pemenuhan selayaknya kebutuhan yang bersifat materi. Secara normatif anak harus dipersiapkan agar kelak memikul tanggung jawab ekonomi keluarga, membangun kepribadian yang mandiri bukan menjadi objek pemaksaan orang tua.
7. Fungsi
Rekreasi
Memberikan wahana dan situasi yang memungkinkan terjadinya kehangatan, keakraban, kebersamaan dan kebahagiaan bersama seluruh anggota keluarga.
Memberikan wahana dan situasi yang memungkinkan terjadinya kehangatan, keakraban, kebersamaan dan kebahagiaan bersama seluruh anggota keluarga.
8. Fungsi
Biologis
Faktor biologis adalah faktor alamiyah manusia. Faktor ini meliputi perlindungan kesehatan, termasuk juga memperhatikan pertumbuhan biologisnya serta perlindungan terhadap hubungan seksualnya.
Faktor biologis adalah faktor alamiyah manusia. Faktor ini meliputi perlindungan kesehatan, termasuk juga memperhatikan pertumbuhan biologisnya serta perlindungan terhadap hubungan seksualnya.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Pendidikan adalah hidup
bersama dalam kesatuan tri tunggal ayah ibu dan anak,dimana terjadi pemanusiaan
anak,dengan mana dia berproses untuk akhirnya memanusia sendiri sebagai manusia
purnawan (Driyarkara. 1980 : 129).
Pendidikan sudah harus dimulai sejak bayi masih dalam
kandungan. Berbagai usaha dilakukan agar dapat dikomunikasikan kepada si calon
bayi hal-hal yang menjadikannya nanti manusia yang baik dan bermutu. Dalam kebudayaan lokal di Indonesia, seperti di Jawa,
ada tradisi berupa macam-macam upacara untuk melakukan komunikasi itu.
Fungsi dan peranan keluarga, disamping
pemerintah dan masyarakat,dalam sisdiknas indonesia tidak terbatas hanya pada
pendidikan keluarga saja, akan tetapi keluarga ikut serta bertanggung jawab
terhadap pendidikan yang lainnya.khyususnya untuk pendidikan keluarga ,terdapat
beberapa ketentuan dalam UU RI NO.2 THN 1989 tentang sisdiknas yang menegaskan
fungsi dan peranan keluarga dalam pencapaian tujuan pendidikan yakni membangun
manusia indonesia seutuhnya. Pendidkan keluarga merupakan bagian dari jalur
pendidikan luar sekolah yang di selenggarakan dalam keluatga dan yang
memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan ketrampilan (pasal
10 ayat 4).
Daftar pustaka
Abdul
Ghani Abud. 2001. Anakmu Anugerah Terindah, Mengenal Psikologi
Anak. Bandung: Najma Publishing.
Prof.
Dr. Umar tirta raharjo, Drs. S. L. Lasulo. 2005“pengantar pendidikan”. Jakarta. Rineka cipta
Drs.
M. Ngalim purwanto, Mp. 2007, “ilmu
pendidikan teoritis dan praktis” Bandung. Remaja rosda karya
Drs.H.Abu ahmadi,2007, “ilmu
pendidikan”. Jakarta: rineka cipta
thaks for your information
BalasHapusOplosan Essen Ikan Mas Campuran Keju